Menjaga Martabat Manusia: Refleksi Etis Pada Hari Kemanusiaan Sedunia

Penulis: Princess Nadhira Nabila (Administrasi Publik)


​Hari Kemanusiaan Sedunia atau World Humanitarian Day (WHD) diperingati setiap tanggal 19 Agustus. Tahun ini, peringatan Hari Kemanusiaan Sedunia jatuh pada Senin (19/08/2024) Peringatan tersebut untuk menghormati para pekerja bantuan kemanusiaan di seluruh dunia. Pekerja kemanusiaan adalah orang-orang yang merespons pertama kali terkena dampak konflik maupun menjadi garda terdepan ketika suatu bencana melanda. Mereka berjibaku meringankan penderitaan dan membawa harapan pada orang-orang yang membutuhkan.

​Melalui peringatan Hari Aksi Kemanusiaan Sedunia, orang-orang diajak aktif membawa pesan kemanusiaan antara sesama. Yaitu, dengan cara sederhana seperti berbagi, atau bergabung dengan komunitas penggerak kemanusiaan, contohnya Palang Merah. Dilansir dari situs National Today, aksi kemanusiaan diperingati dengan menjaga martabat manusia, meringankan penderitaan sesama. Serta menyelamatkan nyawa orang tanpa memandang ras, suku, etnis, jenis kelamin, agama, atau politik.

A. Sejarah Hari Kemanusiaan serta Peran Hari Kemanusiaan Sedunia dalam Menjaga Martabat Manusia.

​Dilansir dari laman Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), pada 19 Agustus 2003 terjadi sebuah serangan bom di Hotel Canal di Baghdad, Irak. Serangan bom tersebut menewaskan 22 pekerja bantuan kemanusiaan, termasuk Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Irak, bernama Sergio Vieira de Mello. Pada tanggal 19 Agustus 2003, Kantor PBB di Baghdad, Irak, menjadi target serangan bom yang menewaskan 22 orang, termasuk Sergio Vieira de Mello, perwakilan khusus PBB untuk Irak saat itu. Serangan ini mengungkapkan risiko besar yang dihadapi oleh pekerja kemanusiaan di daerah-daerah konflik. Sebagai tanggapan, Majelis Umum PBB menetapkan 19 Agustus sebagai Hari Kemanusiaan Sedunia pada Desember 2008, dan hari tersebut mulai diperingati secara resmi pada tahun 2009.

​Hari Kemanusiaan Sedunia tidak hanya untuk mengenang mereka yang telah kehilangan nyawa mereka dalam tugas kemanusiaan, tetapi juga untuk mengapresiasi dedikasi pekerja kemanusiaan di seluruh dunia. Setiap tahun, PBB dan berbagai organisasi kemanusiaan global menggunakan peringatan ini untuk meningkatkan kesadaran tentang isu-isu kemanusiaan dan tantangan yang dihadapi oleh pekerja kemanusiaan di lapangan.

​Pada tahun-tahun berikutnya, Hari Kemanusiaan Sedunia sering kali memiliki tema khusus yang fokus pada masalah kemanusiaan tertentu, seperti perlindungan pekerja kemanusiaan, dampak perubahan iklim terhadap krisis kemanusiaan, dan bantuan terhadap populasi yang rentan. Peringatan ini juga menjadi momen penting untuk mendorong solidaritas global dalam mendukung misi kemanusiaan dan menegakkan nilai-nilai kemanusiaan di seluruh dunia. Peringatan tersebut ditetapkan untuk menghormati para pekerja bantuan seperti Sérgio yang tanpa pamrih melayani orang-orang yang kurang mampu. Bantuan kemanusiaan juga diberikan kepada mereka yang rumah serta mata pencahariannya terancam oleh perang. Selain mengenang para pahlawan kemanusiaan, Hari Kemanusiaan Sedunia juga mendorong kesadaran global tentang perlunya tanggung jawab bersama dalam mengatasi tantangan kemanusiaan.

B. Konsep Martabat Manusia.

​Martabat manusia merupakan norma dasar yang mesti dipahami oleh setiap orang tanpa terkecuali. Hal ini penting agar setiap orang benar-benar memahami betapa mulianya pribadi manusia. Bahwa tidak ada duanya makhluk yang diciptakan begitu mulia di bumi selain manusia sendiri, dan bahwa keberadaan manusia melampaui semua makhluk di bumi. Jika setiap orang benar-benar memahami martabat manusia maka niscaya seseorang atau sekelompok orang tidak memperlakukan sesamanya secara tidak manusiawi dan tidak bermoral.

​Selain itu, dengan adanya pemahaman perihal martabat manusia, setiap orang selalu terjaga-jaga dalam tindakannnya dalam keberadaannya dengan yang lain. Dalam arti bahwa konsep martabat manusia menjadi rujukan etis sebelum seseorang mengambil sebuah putusan dan tindakan. Bahwa manusia tidak boleh diperlakukan secara tidak bermoral karena manusia adalah makhluk yang bermartabat. Berpijak pada pemahaman di atas, maka aksi terorisme yang semakin gencar terjadi di Indonesia dewasa ini sesungguhnya merupakan tindakan immoral dan asosial karena bertentangan dengan martabat manusia.

C. Refleksi Etis Martabat Manusia.

Refleksi etis tentang martabat manusia merupakan upaya untuk memahami dan menghargai nilai intrinsik yang dimiliki oleh setiap individu, yang merupakan dasar dari hak-hak dan kewajiban moral. Konsep martabat manusia sering kali dianggap sebagai prinsip fundamental dalam etika dan filsafat moral, serta menjadi landasan bagi hak asasi manusia dalam berbagai dokumen internasional dan konstitusi negara.

Berikut adalah beberapa poin kunci dalam refleksi etis mengenai martabat manusia:

1. Nilai Intrinsik

Martabat manusia menegaskan bahwa setiap orang memiliki nilai yang tidak tergantung pada status, kekayaan, kemampuan, atau kontribusi mereka kepada masyarakat. Nilai ini melekat pada setiap individu semata-mata karena kemanusiaan mereka. Konsep ini berakar dalam pandangan bahwa manusia, sebagai makhluk rasional dan otonom, memiliki kapasitas untuk berpikir, membuat keputusan moral, dan membentuk kehidupan mereka sendiri.

2. Hak Asasi Manusia

Martabat manusia menjadi dasar dari hak-hak asasi manusia, yang melindungi individu dari perlakuan yang merendahkan, seperti penyiksaan, perbudakan, atau diskriminasi. Hak-hak ini, yang diakui secara universal, mengharuskan perlakuan yang adil dan manusiawi bagi semua orang, tanpa memandang perbedaan apapun. Ini mencakup hak atas kehidupan, kebebasan, keamanan, dan perlindungan hukum.

3. Tanggung Jawab Etis

Menghormati martabat manusia berarti mengakui tanggung jawab etis kita terhadap orang lain. Ini melibatkan tindakan yang memperlakukan orang lain dengan rasa hormat, menghindari tindakan yang merendahkan atau mengeksploitasi, serta mendukung kebebasan dan otonomi mereka. Refleksi etis ini mendorong kita untuk melihat orang lain sebagai tujuan dalam dirinya sendiri, bukan sebagai sarana untuk mencapai tujuan kita sendiri.

4. Kesejahteraan dan Pengembangan Diri

Martabat manusia juga terkait dengan upaya untuk mendukung kesejahteraan dan pengembangan diri individu. Ini berarti menciptakan kondisi yang memungkinkan setiap orang untuk memenuhi potensi mereka, termasuk akses ke pendidikan, pekerjaan yang layak, dan lingkungan sosial yang mendukung. Refleksi etis ini menekankan pentingnya keadilan sosial dan inklusi, serta menolak struktur sosial yang menghambat perkembangan individu.

5. Konsekuensi Sosial dan Politik

Pengakuan terhadap martabat manusia memiliki implikasi luas dalam kebijakan sosial dan politik. Misalnya, ini mendorong pembentukan undang-undang yang melindungi hak-hak individu, serta kebijakan yang mempromosikan keadilan, kesetaraan, dan perdamaian. Dalam konteks ini, refleksi etis tentang martabat manusia menuntut negara dan masyarakat untuk mengatasi ketidakadilan, ketimpangan, dan diskriminasi yang merusak martabat individu.

6. Pandangan Lintas Budaya dan Agama

Meskipun konsep martabat manusia diakui secara luas, penafsiran dan aplikasinya dapat bervariasi di berbagai budaya dan tradisi agama. Dalam beberapa tradisi, martabat manusia dikaitkan dengan pandangan spiritual tentang asal-usul dan tujuan manusia. Namun, pada intinya, refleksi etis tentang martabat manusia tetap berfokus pada pengakuan atas nilai universal setiap individu dan perlunya melindungi nilai tersebut dalam semua tindakan dan kebijakan.

​Dengan demikian, refleksi etis tentang martabat manusia mendorong kita untuk selalu mempertimbangkan dampak tindakan kita terhadap orang lain, baik dalam konteks pribadi, sosial, maupun politik, dengan tujuan untuk menghormati dan melindungi nilai fundamental yang dimiliki setiap manusia.

D. Strategi Meningkatkan Kepedulian Terhadap Martabat Manusia pada Gen Z.

​Meningkatkan kepedulian terhadap martabat manusia di kalangan Gen Z memerlukan pendekatan yang kreatif dan relevan dengan karakteristik generasi ini. Gen Z dikenal sebagai generasi yang sangat terhubung secara digital, berpikiran terbuka, dan memiliki kesadaran sosial yang tinggi. Berikut adalah beberapa strategi yang bisa diterapkan:

1. Menggunakan Media Sosial sebagai Platform Edukasi

Media sosial adalah alat utama bagi Gen Z untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi. Kampanye edukasi yang menarik dan mudah diakses melalui platform seperti Instagram, TikTok, dan YouTube dapat menjadi cara efektif untuk mengajarkan pentingnya martabat manusia. Konten dapat berupa video singkat, infografis, dan cerita yang menyoroti isu-isu terkait martabat manusia, seperti diskriminasi, hak asasi manusia, dan kesetaraan.

2. Mengadakan Diskusi dan Webinar Interaktif

Gen Z cenderung lebih responsif terhadap diskusi dan dialog yang interaktif. Mengadakan webinar, diskusi panel, atau sesi tanya jawab dengan para ahli, aktivis, dan tokoh inspiratif dapat membuka ruang bagi mereka untuk belajar dan berbagi pandangan tentang martabat manusia. Mendorong partisipasi aktif melalui polling, sesi tanya jawab langsung, dan forum diskusi online akan membuat mereka merasa terlibat secara langsung.

3. Pendidikan Inklusif di Sekolah dan Kampus

Memasukkan pendidikan tentang martabat manusia ke dalam kurikulum sekolah dan kampus dapat membantu meningkatkan kesadaran dan pemahaman sejak dini. Mata pelajaran yang mencakup etika, hak asasi manusia, dan studi sosial dapat memberikan fondasi yang kuat. Program ekstrakurikuler atau klub yang fokus pada isu-isu sosial dan kemanusiaan juga dapat menanamkan nilai-nilai ini dalam kehidupan sehari-hari siswa.

4. Mendorong Aksi Sosial dan Volunteering

Gen Z sering kali tertarik pada aksi langsung yang dapat membawa perubahan nyata. Mendorong mereka untuk terlibat dalam kegiatan sukarela yang terkait dengan isu-isu kemanusiaan, seperti membantu komunitas yang kurang beruntung, mendukung kampanye hak asasi manusia, atau bekerja dengan organisasi non-profit, dapat memperkuat pemahaman mereka tentang pentingnya martabat manusia.

5. Menyediakan Role Model yang Inspiratif

Menunjukkan kisah-kisah inspiratif dari tokoh-tokoh muda yang telah memperjuangkan martabat manusia dapat memotivasi Gen Z untuk mengikuti jejak mereka. Tokoh-tokoh ini bisa berasal dari berbagai latar belakang, seperti aktivis sosial, pembela hak asasi manusia, atau pemimpin komunitas. Mereka bisa dijadikan panutan melalui wawancara, dokumenter, atau feature stories yang disebarluaskan di media digital.

6. Mengaitkan Martabat Manusia dengan Isu-Isu Global

Gen Z sangat peduli dengan isu-isu global seperti perubahan iklim, kesetaraan gender, dan keadilan sosial. Mengaitkan konsep martabat manusia dengan isu-isu ini dapat membantu mereka memahami relevansi dan pentingnya dalam konteks global. Misalnya, diskusi tentang dampak perubahan iklim terhadap komunitas rentan dapat menggarisbawahi bagaimana martabat manusia harus dilindungi dalam menghadapi tantangan global.

7. Mengembangkan Aplikasi atau Game Edukatif

Karena Gen Z adalah generasi digital native, mengembangkan aplikasi atau game yang mengedukasi tentang martabat manusia bisa menjadi cara menarik untuk meningkatkan kesadaran. Aplikasi ini dapat mencakup skenario interaktif, kuis, dan simulasi yang membantu mereka memahami konsekuensi dari pelanggaran terhadap martabat manusia dan bagaimana mereka bisa berkontribusi untuk mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan.

8. Mengintegrasikan Martabat Manusia dalam Brand dan Produk

Brand dan produk yang dikonsumsi oleh Gen Z dapat memainkan peran dalam meningkatkan kesadaran mereka tentang martabat manusia. Kampanye pemasaran yang menekankan etika, keadilan, dan penghormatan terhadap manusia dalam proses produksi dan operasi dapat menarik minat mereka, sekaligus memberikan edukasi tentang pentingnya memilih brand yang menghargai martabat manusia.

​Dengan strategi-strategi ini, diharapkan Gen Z dapat menjadi generasi yang tidak hanya menyadari pentingnya martabat manusia, tetapi juga aktif dalam memperjuangkannya di dalam komunitas mereka dan di seluruh dunia.

E. Kesimpulan.

​Hari Kemanusiaan Sedunia atau World Humanitarian Day (WHD) diperingati setiap tanggal 19 Agustus. Peringatan tersebut untuk menghormati para pekerja bantuan kemanusiaan di seluruh dunia. Pekerja kemanusiaan adalah orang-orang yang merespons pertama kali terkena dampak konflik maupun menjadi garda terdepan ketika suatu bencana melanda. Mereka berjibaku meringankan penderitaan dan membawa harapan pada orang-orang yang membutuhkan.

​Pada tanggal 19 Agustus 2003, sebuah serangan bom di Hotel Canal di Baghdad, Irak, menewaskan 22 pekerja bantuan kemanusiaan, termasuk Perwakilan Khusus Sekretaris Jenderal PBB untuk Irak, Sergio Vieira de Mello. Lima tahun kemudian, Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi yang menetapkan 19 Agustus sebagai Hari Kemanusiaan Sedunia (World Humanitarian Day).

​Konsep martabat manusia menjadi rujukan etis sebelum seseorang mengambil sebuah putusan dan tindakan. Bahwa manusia tidak boleh diperlakukan secara tidak bermoral karena manusia adalah makhluk yang bermartabat. Berpijak pada pemahaman di atas, maka aksi terorisme yang semakin gencar terjadi di Indonesia dewasa ini sesungguhnya merupakan tindakan immoral dan asosial karena bertentangan dengan martabat manusia.

​Refleksi etis tentang martabat manusia merupakan upaya untuk memahami dan menghargai nilai intrinsik yang dimiliki oleh setiap individu, yang merupakan dasar dari hak-hak dan kewajiban moral. Konsep martabat manusia sering kali dianggap sebagai prinsip fundamental dalam etika dan filsafat moral, serta menjadi landasan bagi hak asasi manusia dalam berbagai dokumen internasional dan konstitusi negara. Terdapat 6 Nilai poin kunci dalam refleksi etis mengenai martabat manusia: Nilai intrinstik, HAM, Tanggung jawab etis, Kesejahteraan dan pengembangan diri, konsekuensi sosial dan politik, Pandangan lintas budaya dan agama.

​Refleksi etis tentang martabat manusia merupakan upaya untuk memahami dan menghargai nilai intrinsik yang dimiliki oleh setiap individu, yang merupakan dasar dari hak-hak dan kewajiban moral. Konsep martabat manusia sering kali dianggap sebagai prinsip fundamental dalam etika dan filsafat moral, serta menjadi landasan bagi hak asasi manusia dalam berbagai dokumen internasional dan konstitusi negara. Contohnya seperti menggunakan media sosial sebagai platform edukasi, mengadakan diskusi dan webinar interaktif, pendidikan inklusif di sekolah dan kampus, dsb.

​Setiap tahunnya, Hari Kemanusiaan Sedunia diwarnai dengan tema tertentu yang fokus pada isu-isu kemanusiaan global, dan digunakan sebagai momentum untuk mendorong tindakan nyata dalam melindungi dan membantu populasi yang rentan di seluruh dunia.


Martabat manusia adalah hak yang harus diperjuangkan, bukan hanya untuk diri sendiri, tetapi untuk setiap jiwa yang berbagi dunia ini dengan kita.

Sign in to leave a comment
Mendorong Partisipasi Politik: Mengajak Generasi Muda Memilih Masa Depan