Penulis: Nikita Zahra (Psikologi ’23) & Princess Nadhira Nabila (Administrasi Publik ’23
PENDAHULUAN
Hari Pendidikan Nasional di Indonesia diperingati setiap tanggal 2 Mei yang merupakan momen penting untuk merefleksikan peran krusial pendidikan dalam membangun bangsa. Peringatan ini bertepatan dengan hari lahir Ki Hajar Dewantara, Bapak Pendidikan Nasional, yang sangat berjasa dalam memajukan dunia pendidikan di Indonesia. Ki Hajar Dewantara dikenal karena berani menentang kebijakan pendidikan pemerintah Hindia Belanda yang hanya memperbolehkan anak-anak keturunan Belanda untuk mengenyam bangku pendidikan. Kritiknya terhadap kebijakan pendidikan yang dirasa tidak adil tersebut menyebabkan dirinya diasingkan ke Belanda. Setelah kembali ke Indonesia, Ki Hajar Dewantara mendirikan Taman Siswa, sebuah lembaga pendidikan yang bertujuan untuk memberikan pendidikan yang terjangkau dan berkualitas bagi seluruh rakyat, terutama mereka yang kurang mampu. Pendidikan yang diberikan oleh Taman Siswa didasarkan pada prinsip-prinsip kebebasan, kemandirian, dan demokrasi, yang sangat dianut oleh Ki Hajar Dewantara.
Untuk memperingati lahirnya Taman Siswa, maka pada tahun 1959, pemerintah Indonesia menetapkan tanggal 2 Mei sebagai Hari Pendidikan Nasional. Sejak saat itu, peringatan Hari Pendidikan Nasional dilakukan setiap tahun dengan berbagai kegiatan, seperti upacara bendera, seminar, dan diskusi mengenai pentingnya pendidikan. Hari Pendidikan bukan hanya tentang mengenang masa lampau, tetapi juga tentang menatap masa depan. Kita perlu merenungkan kembali makna dan tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Pendidikan bukan hanya sebatas transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan karakter, penanaman nilai-nilai luhur, dan pengembangan potensi individu secara menyeluruh.
Status quo pendidikan di Indonesia antara kemajuan dan tantangan yang masih terlihat dalam beberapa aspek. Salah satunya adalah kurikulum pendidikan yang masih terlalu umum dan fokus pada nilai akademis. Proses belajar juga masih terbatas pada pembelajaran umum seperti menghafal dan membaca, sehingga tidak memungkinkan siswa untuk belajar banyak melalui eksplorasi terhadap lingkungan sekitar. Selain itu, masih banyak masyarakat yang memandang bahwa sistem pendidikan kita dibuat untuk mencari nilai dan siapa yang paling pintar, sehingga kualitas seseorang hanya dilihat dari nilai akademiknya. Namun, selain daripada itu pendidikan saat ini menunjukkan kemajuan, seperti peningkatan akses pendidikan yang di mana Angka Partisipasi Kasar (APK) pendidikan terus meningkat, menunjukkan semakin banyak anak yang bersekolah. Pemerintah juga fokus pada program wajib belajar 12 tahun, peningkatan anggaran pendidikan, Kurikulum Baru seperti Kurikulum Merdeka diterapkan dengan tujuan memfokuskan pada pengembangan karakter dan soft skills murid, pemanfaatan teknologi dalam pendidikan mulai marak, seperti platform pembelajaran online dan aplikasi edukasi.
Pendidikan merupakan hak fundamental bagi setiap manusia, tanpa terkecuali. Di sinilah pendidikan umum berperan penting dalam menyediakan akses pendidikan berkualitas bagi semua anak. Namun, bagi anak-anak dengan kelainan fisik, mental, emosional, atau sosial yang signifikan, pendidikan umum mungkin tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan belajar mereka. Di sinilah Pendidikan Luar Biasa (PLB) hadir untuk menjembatani kesenjangan dan membuka peluang bagi mereka untuk mencapai potensi penuh mereka. PLB bukan hanya tentang menyediakan pendidikan bagi anak-anak dengan kelainan, tetapi juga tentang menciptakan peluang bagi mereka untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat. Dengan dukungan yang tepat, anak-anak dengan kelainan dapat mencapai kesuksesan dalam berbagai bidang kehidupan, seperti pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial.
Pendidikan umum dan PLB merupakan dua jalur pendidikan yang saling melengkapi untuk mencapai tujuan pendidikan yang sama, yaitu membantu semua anak berkembang dan mencapai potensi penuh mereka. Pendidikan luar biasa (PLB) merupakan bagian dari pendidikan inklusif, yang merupakan sistem pendidikan yang dirancang untuk mengakomodasi semua anak, termasuk anak-anak dengan kelainan fisik, mental, emosional, atau sosial yang signifikan. Untuk itu kajian kali ini akan menyoroti Pendidikan Luar Biasa, dengan mendatangi salah satu Sekolah Luar Biasa (SLB) yang ada di Samarinda yaitu, Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina yang berlokasi di Jalan Padat Karya, Sempaja Utara.
PEMBAHASAN
A. Pendidikan Nasional
Pendidikan merupakan sebuah proses yang kompleks dan multidimensi, dengan berbagai definisi dan interpretasi yang berkembang seiring waktu. Secara umum, pendidikan dapat diartikan sebagai:
- Usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh orang yang bertanggung jawab untuk mempengaruhi anak agar mempunyai sifat dan tabiat sesuai dengan cita-cita pendidikan. (Menurut Langeveld)
- Upaya manusia untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi pembawaan baik jasmani maupun rohani sesuai dengan nilai-nilai yang ada di dalam masyarakat dan kebudayaan. (Menurut Ki Hajar Dewantara)
- Proses pengubahan tingkah laku pada diri individu yang terjadi melalui latihan dan pengalaman. (Menurut B.F. Skinner)
Dari definisi-definisi tersebut, dapat disimpulkan bahwa pendidikan memiliki beberapa ciri utama, yaitu:
- Disengaja dan Terencana: Pendidikan bukan proses yang terjadi secara alami, melainkan hasil dari usaha sadar dan terencana dari pihak-pihak yang bertanggung jawab.
- Memiliki Tujuan: Pendidikan memiliki tujuan untuk mencapai perubahan yang diinginkan, baik dalam aspek pengetahuan, keterampilan, maupun sikap.
- Menimbulkan Pengaruh: Pendidikan diharapkan dapat memberikan pengaruh positif pada peserta didik, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
- Berlangsung Sepanjang Hayat: Pendidikan tidak hanya terbatas pada periode tertentu, tetapi merupakan proses yang berlangsung sepanjang hayat manusia.
Pendidikan secara umum meiliki tujuan yang dapat dikategorikan menjadi tiga ranah, yaitu:
- Ranah Kognitif: Mengembangkan kemampuan intelektual dan berpikir kritis peserta didik.
- Ranah Afektif: Mengembangkan nilai-nilai, sikap, dan moral peserta didik.
- Ranah Psikomotor: Mengembangkan keterampilan fisik dan motorik peserta didik.
Cakupan pendidikan tidak hanya sebatas pada pembelajaran di sekolah formal. Cakupannya jauh lebih luas, meliputi
- Pendidikan Keluarga: Merupakan pendidikan yang pertama dan utama bagi anak, yang diberikan oleh orang tua dan keluarga di lingkungan rumah.
- Pendidikan Masyarakat: Merupakan pendidikan yang diselenggarakan di luar sekolah formal, seperti kursus, pelatihan, seminar, dan workshop.
- Pendidikan Informal: Merupakan pendidikan yang diperoleh dari berbagai sumber, seperti media massa, internet, dan pengalaman hidup.
- Pendidikan Sekolah: Merupakan pendidikan formal yang diperoleh di sekolah, mulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD) hingga pendidikan tinggi.
B. Sekolah Luar Biasa sebagai Bagian Terpadu dari Pendidikan Nasional
Sekolah luar biasa merupakan pendidikan bagi peserta didik yang mengalami kesulitan mengikuti pembelajaran karena kelainan jasmani, emosi, psikis, dan sosial, namun mempunyai kecerdasan dan bakat khusus (Suparno, 2007). Sekolah luar biasa merupakan bagian integral dari sistem pendidikan nasional dan terutama diselenggarakan untuk siswa dengan disabilitas mobilitas dan/atau gangguan perilaku (Mangungsong, 1998).
Pendidikan luar biasa memiliki peranan strategis sebagai institusi penyelenggara kegiatan pendidikan, terutama untuk mengembangkan potensi anak-anak berkebutuhan khusus demi kelangsungan hidupnya yang harus selalu dinamis dan optimis dengan penggunaan bahan-bahan, peralatan, layanan, dan/atau strategi mengajar yang khusus. SLB menjalin kerjasama yang erat dengan orang tua dan masyarakat untuk mendukung pembelajaran anak-anak dengan kelainan. Orang tua dilibatkan dalam proses pengambilan keputusan tentang pendidikan anak mereka, dan masyarakat didorong untuk memberikan dukungan dan penerimaan terhadap anak-anak dengan kelainan.
SLB masih menghadapi beberapa tantangan, seperti kurangnya guru berkualifikasi, keterbatasan sarana dan prasarana, dan stigma terhadap anak-anak dengan kelainan. Namun, dengan upaya berkelanjutan dari pemerintah, sekolah, orang tua, dan masyarakat, diharapkan SLB dapat terus berkembang dan memberikan pendidikan yang berkualitas bagi semua anak, tanpa terkecuali. Sebagai lembaga pendidikan SLB dibentuk oleh banyak unsur yang diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan, yang proses intinya adalah pembelajaran bagi peserta didik.
C. Perbedaan Pendidikan Umum dan Pendidikan Luar Biasa
- Tujuan: PLB menyediakan pendidikan yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan anak-anak dengan kelainan fisik, mental, emosional, atau sosial yang signifikan yang dapat menghambat pembelajaran mereka dalam kelas reguler.
- Kurikulum: Pendidikan umum menggunakan kurikulum nasional yang dirancang untuk semua anak, sedangkan PLB menggunakan kurikulum yang diadaptasi dan dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan individu anak dengan kelainan, dengan fokus pada pengembangan potensi dan kemandirian mereka.
- Peserta Didik: Pendidikan umum diperuntukkan bagi anak-anak dengan kemampuan belajar tipikal, sedangkan PLB diperuntukkan bagi anak-anak dengan kelainan yang dapat menghambat pembelajaran mereka dalam kelas reguler seperti kelainan fisik, mental, emosional, atau sosial yang signifikan, seperti tunanetra, tunarungu, tunadaksa, tunagrahita, autis, dan lain sebagainya.
- Penyelenggara: Pendidikan umum diselenggarakan di sekolah negeri dan swasta, sedangkan PLB diselenggarakan di Sekolah Luar Biasa (SLB) dan layanan pendidikan inklusif di sekolah umum.
- Guru: Pendidikan umum menggunakan guru yang memiliki kualifikasi pendidikan umum, sedangkan PLB menggunakan guru yang memiliki kualifikasi PLB dan pelatihan khusus untuk mengajar anak-anak dengan kelainan.
- Metode pembelajaran: Pendidikan umum umumnya menggunakan metode pembelajaran yang berpusat pada guru, sedangkan PLB menggunakan metode pembelajaran yang lebih beragam dan berpusat pada siswa, seperti pembelajaran individual, pembelajaran kooperatif, dan pembelajaran berbasis proyek.
D. Jenis Pendidikan Luar Biasa
Pendidikan inklusif PLB memiliki beberapa jenis, di antaranya:
1. Kelas Inklusif:
- Anak-anak dengan kelainan belajar di kelas reguler bersama dengan anak-anak tipikal.
- Guru kelas mendapatkan pelatihan khusus untuk mengajar anak-anak dengan kelainan.
- Ada pendamping khusus di kelas untuk membantu anak-anak dengan kelainan.
2. Sekolah Inklusif:
- Sekolah yang dirancang khusus untuk mengakomodasi anak-anak dengan kelainan dan anak-anak tipikal.
- Memiliki kurikulum dan metode pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan anak-anak dengan kelainan.
- Memiliki staf pengajar yang berkualifikasi untuk mengajar anak-anak dengan kelainan.
3. Layanan Pendidikan Inklusif:
- Layanan yang diberikan kepada anak-anak dengan kelainan di luar sekolah reguler atau sekolah inklusif.
- Layanan ini dapat berupa terapi, bimbingan konseling, atau layanan lainnya yang dibutuhkan anak.
4. Pendidikan Rumah (homeschooling):
- Orang tua memilih untuk mendidik anak-anak mereka di rumah daripada di sekolah.
- Orang tua harus memiliki kualifikasi dan kemampuan untuk mengajar anak-anak mereka.
- Anak-anak tetap harus mengikuti kurikulum nasional dan mengikuti ujian nasional.
5. Pendidikan jarak jauh:
- Anak-anak belajar melalui media online atau offline dari jarak jauh.
- Cocok untuk anak-anak yang tidak dapat bersekolah secara reguler karena alasan kesehatan atau geografis.
- Membutuhkan disiplin dan motivasi yang tinggi
dari anak.
Jenis pendidikan inklusif yang tepat untuk anak dengan kelainan akan tergantung pada kebutuhan individu anak. Penting untuk melakukan asesmen dan evaluasi yang komprehensif untuk menentukan jenis pendidikan yang paling sesuai dengan anak. Selain jenis-jenis di atas, terdapat beberapa model pendidikan inklusif lainnya, seperti:
- Co-teaching: Dua guru mengajar di kelas bersama-sama, satu guru tipikal dan satu guru PLB.
- Peer tutoring: Anak-anak tipikal membantu mengajar anak-anak dengan kelainan.
- Universal Design for Learning (UDL): Desain pembelajaran yang memperhatikan keragaman kebutuhan belajar semua anak.
E. Kurikulum Sekolah Luar Biasa (SLB)
Kurikulum Sekolah Luar Biasa diadaptasi dan dimodifikasi untuk memenuhi kebutuhan individu anak dengan kelainan. Metode pembelajaran yang digunakan di SLB lebih beragam dan berpusat pada siswa, seperti:
- Pembelajaran individual: Guru memberikan perhatian dan pengajaran secara individual kepada setiap anak sesuai dengan kebutuhannya.
- Pembelajaran kooperatif: Anak-anak belajar bersama dalam kelompok untuk saling membantu dan mendukung.
- Pembelajaran berbasis proyek: Anak-anak belajar melalui proyek-proyek yang relevan dengan kehidupan nyata.
F. Sistem Pendidikan Sekolah Luar Biasa
Menurut Santoso (2012), sistem pendidikan sekolah luar biasa terdapat dua jenis, sebagai berikut:
1. Sistem Pendidikan Segregasi
Sistem pendidikan di mana anak-anak berkelainan terpisah dari sistem pendidikan anak normal. Penyelenggara sistem pendidikan segregasi dilaksanakan secara khusus dan terpisah dari penyelenggaraan pendidikan untuk anak normal.
2. Sistem Pendidikan Integrasi
Sitem pendidikan luar biasa yang bertujuan untuk memberikan pendidikan yang memungkinkan anak luar biasa memperoleh kesempatan mengikuti proses pendidikan bersama dengan siswa normal, agar dapat mengembangkan diri secara optimal.
G. Faktor yang Mempengaruhi Jumlah SLB:
- Jumlah penduduk: Semakin banyak penduduk di suatu daerah, kemungkinan besar semakin banyak anak dengan kelainan yang membutuhkan pendidikan SLB.
- Tingkat kesadaran masyarakat: Semakin tinggi kesadaran masyarakat tentang pentingnya pendidikan bagi anak-anak dengan kelainan, semakin banyak orang tua yang mendaftarkan anak mereka ke SLB.
- Ketersediaan dana: Ketersediaan dana dari pemerintah dan sumber lain dapat memengaruhi jumlah SLB yang dapat didirikan dan dioperasikan.
- Kebijakan pemerintah: Kebijakan pemerintah terkait pendidikan inklusif dan SLB dapat memengaruhi jumlah dan jenis SLB yang tersedia.
H. Studi Kasus Pada Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Samarinda
Penelitian
ini berada di provinsi Kalimantan Timur yakni di Kota Samarinda di salah satu
Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina di Jl. Padat Karya, Sempaja Utara, Kec.
Samarinda Utara yang menaungi anak-anak berkebutuhan khusus dengan jenis
kelainan, seperti tunanetra, tunarungu, tunagrahita, autis, dan berkelainan
ganda. Sekolah ini memiliki visi dan misi, sebagai berikut
Visi: "Mewujudkan SLBN Pembina Samarinda sebagai sekolah yang inklusif, berkualitas, dan berbudaya untuk anak-anak berkebutuhan khusus yang berprestasi dan mandiri."
Misi:
- Meningkatkan mutu pembelajaran yang inklusif dan berkualitas.
- Mengembangkan bakat dan potensi anak-anak berkebutuhan khusus.
- Mewujudkan sekolah yang ramah dan inklusif bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
- Meningkatkan kerjasama dengan orang tua dan masyarakat.
- Mewujudkan sekolah yang profesional dan berbudaya
SLBN Pembina Samarinda menerima siswa baru setiap tahun ajaran baru. Sekolah ini memiliki program layanan pendidikan inklusif untuk anak-anak berkebutuhan khusus yang ingin bersekolah di sekolah reguler. Selain itu, SLBN Pembina Samarinda juga mengadakan berbagai pelatihan dan workshop untuk orang tua dan guru tentang pendidikan anak-anak berkebutuhan khusus. Sekolah Luar Biasa Negeri Pembina Samarinda adalah Sekolah Luar Biasa yang diperuntukkan bagi anak-anak yang memiliki kesulitan dalam mengikuti proses belajar atau anak berkebutuhan khusus. SLB ini berguna agar dapat membantu anak-anak disabilitas untuk mendapatkan pendidikan yang baik dan dapat mengikuti proses pembelajaran umum.
SLBN ini menaungi anak-anak berkebutuhan khusus tentunya dan selalu aktif serta mengikuti kurikulum nasional dari mulai KTSP, K13 berlanjut Kurikulum Merdeka. Pihak sekolah sudah mengikuti setiap fase kurikulum yang berlaku secara nasional, dan para guru mengikuti pelatihan-pelatihan karena sebagai proyek mengimbas ke sekolah-sekolah berkebutuhan khusus lainnya di Samarinda, Kalimantan Timur. Secara garis besar sekolah ini tetap mengikuti kurikulum nasional yang ada tetapi mengalami diferensiasi menjadi fase A dan fase B. Yang pembelajarannya klasikal, pelayanan dan target nya individual. SLBN Pembina mempunyai laporan penilaian periodik setiap 1/3/6 bulan sekali. Untuk melihat perkembangan dari para anak didik. Sekolah ini juga memberikan semua pelayanan terkhusus ketunaan mulai dari tuna netra, tuna rungu, tuna daksa, autis dan lain lain. Kembali lagi dengan melihat kebutuhan masyarakat, mereka menyediakan kelas, tenaga pendidik dan sebagainya tapi belum menentukan berapa banyak siswa yang mendaftar di sekolah ini karena terkendala jarak dan ingin mencari sekolah terdekat.
SLBN ini memiliki konsep autopilot, atau merujuk pada konsep atau situasi di mana sekolah atau sistem pendidikan berfungsi secara otomatis atau berjalan tanpa banyak intervensi atau pemikiran kreatif dari pihak yang terlibat. Istilah ini sering digunakan dalam konteks yang menyoroti masalah seperti kekakuan kurikulum, pengajaran yang berulang tanpa inovasi, atau kurangnya adaptasi terhadap perkembangan terkini dalam pendidikan. Ini bisa mengindikasikan bahwa sekolah tersebut cenderung "mengendalikan diri" dengan rutinitas dan prosedur yang sudah mapan, tanpa banyak ruang untuk perubahan atau peningkatan yang signifikan.
Fasilitas yang tersedia di SLBN ini cukup memenuhi standar. Secara bangunan fisik SLBN ini berusaha mengakses macam macam ketunaan, seperti tunanetra jalan disana dilengkapi dengan dinding blok dan pegangan (alat bantu peraba) yang ada di sepanjang dinding sehingga para siswa dapat menuju ke tempat yang mereka ingin tapa harus ada pendamping. Adapun sarana dan prasarana yang tersedia di SLBN Pembina Samarinda:
- Ruang kelas yang representatif
- Alat peraga dan media pembelajaran yang lengkap
- Perpustakaan
- Lapangan olahraga
- Ruang fisioterapi
- Ruang terapi okupasi
- Ruang terapi wicara
- Ruang UKS
-
Toilet khusus untuk anak-anak berkebutuhan khusus
Tenaga pendidik yang tersedia di SLBN ini juga memenuhi standar, para pendidik mayoritas berasal dari lulusan Pendidikan Sekolah Luar Biasa, selebihnya dilengkapi dengan adanya beberapa lulusan jurusan Pendidikan Umum, dan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Adapun Psikolog ataupun Pendidikan Bimbingan Konseling yang memiliki spesialis khusus SLB. Syarat mendaftar di sekolah ini harus melampirkan surat keterangan 10 yang mencantumkan nilai besaran IQ mereka. Dasar itu nanti yang membuat kelompok. Seperti contoh tuna grahita dikelompokkan menjadi 3. Yang diterima adalah tuna grahita mampu didik dan latih (masih bisa diatur) dan mampu aktif berdasarkan karakteristik yang hampir mirip.
Untuk evaluasi atau asesmen akhir mengikuti kurikulum merdeka dimana terdapat fase-fase. Fase A untuk pola pikir usia berapa sampai berapa. Anak anak diuji berdasarkan fase pola pikir mereka. Contohnya fase A akan diuji berbeda dengan fase B meskipun berada di jenjang yang sama. Indikator penyesuaian fase belajar, usia itu dikategorikan berdasarkan usia mental dan usia tumbuh kembang fisik. Jika usia mereka 16 tahun tapi pola pikirnya seperti anak 7 tahun maka ia akan masuk ke fase A (kelas 1-3 SD) jadi itu yang membedakan asesmen yang akan mereka jalani.
Penentuan fasenya sendiri, SLBN ini mempunyai tim yaitu asesor tenaga psikologi dan BK slbn akan melakukan asesmen terhadap anak binaan setiap satu semester sekali atau satu tahun sekali jadi melihat dalam setahun ini apakah ada kenaikan pola pikir mereka jika tidak maka akan berada di fase awal dan soal evaluasi tetap di fase A. Jika selama beberapa tahun pembelajaran jika ada peningkatan pola pikir maka akan naik ke fase B. Jika ada penurunan kecerdasan yang sering tidak masuk sekolah dan dirumah tidak diberikan stimulus. Namun ada anak yang mengalami peningkatan yang kami ajari 6 bulan kemudian kemampuannya baru muncul. Rombongan belajar di sekolah ini terdiri dari SDLB, SMPLB dan SMALB. Ada SDLB Tunanetra, SMPLB Autis, SMALB Tuna duhita atau Tuna daksa. Tuna daksa disini bukan yang murni kehilangan salah satu anggota tubuh tetapi disertai kekurangan intelegensinya. Adapula anak-anak yang cerdas istimewa atau jenius yang bersekolah di sekolah umum yang mana biasanya menjadi pengganggu dimana jika guru menjelaskan perihal C pikiran mereka sudah mencapai F dan anak anak seperti itu cenderung melawan dan tidak patuh pada gurunya. Biasanya anak jenius tidak bisa membawa diri kesannya menjadi anak nakal pengganggu.
Sekolah di isi dengan pembelajaran 50% akademis 50% keterampilan dengan tujuan sebenarnya agar anak didik dan mendapatkan skill / keterampilan sehingga ketika mereka lulus bisa mandiri dan memanfaatkan potensi diri mereka. Pada hari senin dan selasa anak-anak belajar secara akademis, pada hari rabu dan kamis mereka akan menyebar kelas-kelas sesuai minat dan bakat mereka yang disebut dengan Kelompok Mata Pembelajaran/ vokasional, yang terdiri dari:
- Kelas Tata Busana
- Kelas Tata Rias
- Kelas Kriya Kayu
- Kelas Membatik
- Kelas Komputer
- Kelas Tata Boga
- Kelas Kerajinan Tangan
- Kelas Kewirausahaan

Biasanya hasil karya kaya mereka diekspos entah itu di pameran atau acara lain, seperti contoh pada kelas busana tidak hanya busana, namun ada juga yang membuat sarung bantal, celemek dan dijual di pameran pameran. Hasil lukisan pun ada yang dipamerkan, adapula yang ikut serta dalam suatu lomba bahkan mendapat nominasi skala nasional. Walaupun harganya belum bisa bersaing dengan yang lain tapi setidaknya karya mereka bisa diapresiasi oleh khalayak umum. Pemerintah setempat juga memberikan dana BOS Kinerja Sekolah Prestasi kepada guru-guru, di mana tenaga pendidik di sana itu dikirim untuk melakukan pembinaan sesuai dengan bidang mereka (dengan coaching / mentoring yang perlu ahli atau orang yang berkompeten) lalu kembali ke sekolah untuk memfasilitasi siswa-siswanya dalam mengasah kapabilitas Jadi semua kegiatan rutin itu, juga didukung oleh hal ini. Karena tendiknya yang memadai dan serius dalam pengembangan prestasi siswanya.
Ada beberapa tantangan yang dihadapi sekolah ini:
seperti keterbatasan tendik yang krusialnya adalah masalah background pendidik dimana masih sedikit tenaga pendidik yang
berasal dari lulusan Pendidikan Sekolah Luar Biasa, jauhnya jarak sekolah
dengan kawasan kota Samarinda sehingga kurang terekspos, dan kurangnya
kerjasama antara pemerintah dan sekolah dalam menerima peserta didik baru
sehingga tidak mencapai target banyaknya siswa yang diterima sekolah setiap
tahunnya. Rekomendasi terhadap upaya-upaya
lanjutan yang dapat mendukung pemberdayaan antara lain adalah: lebih
memperhatikan lokasi pembangunan SLB agar mudah dijangkau masyarakat, dari
pemerintah pusat / daerah yang menaungi pendidikan dapat lebih banyak membuka
jurusan Pendidikan Sekolah Luar Biasa di perguruan perguruan tinggi entah itu
negeri maupun swasta agar generasi muda lebih tertarik untuk mengajar terkhusus
anak berkebutuhan khusus, mengoptimalisasi dan memaksimalkan pendidikan
inklusiagar tenaga pendidik lebih siap untuk mengajar anak anak berkebutuhan
khusus, melakukan sosialisasi massive kepada masyarakat agar terciptanya
kesadaran pada diri orang tua agar para orang tua tahu jika SLB bukan hanya
untuk anak autisme dan juga bisa memberikan pendidikan terbaik dengan
menyekolahkan anak-anaknya di SLB.
PENUTUP
Hari Pendidikan bukan hanya tentang mengenang masa lampau, tetapi juga tentang menatap masa depan. Kita perlu merenungkan kembali makna dan tujuan pendidikan yang sesungguhnya. Pendidikan bukan hanya sebatas transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga tentang pembentukan karakter, penanaman nilai-nilai luhur, dan pengembangan potensi individu secara menyeluruh. Kurikulum pendidikan yang masih terlalu umum dan fokus pada nilai akademis. Proses belajar juga masih terbatas pada pembelajaran umum seperti menghafal dan membaca, sehingga tidak memungkinkan siswa untuk belajar banyak melalui eksplorasi terhadap lingkungan sekitar.
Pendidikan luar biasa (PLB) hadir untuk menjembatani
kesenjangan dan membuka peluang bagi mereka untuk mencapai potensi penuh
mereka. Sekolah di isi dengan
pembelajaran 50% akademis 50% keterampilan dengan tujuan sebenarnya agar anak
didik dan mendapatkan skill / keterampilan sehingga ketika mereka lulus bisa
mandiri dan memanfaatkan potensi diri mereka. PLB bukan hanya tentang menyediakan pendidikan
bagi anak-anak dengan kelainan, tetapi juga tentang menciptakan peluang bagi
mereka untuk berpartisipasi penuh dalam masyarakat. Dengan dukungan yang tepat,
anak-anak dengan kelainan dapat mencapai kesuksesan dalam berbagai bidang
kehidupan, seperti pendidikan, pekerjaan, dan kehidupan sosial.
Ki Hajar Dewantara adalah Bapak Pendidikan Indonesia. Jasa beliau telah mengantarkan kita agar bisa belajar merdeka. Mari kita sama-sama memajukan kualitas pendidikan bangsa. Selamat Hari Pendidikan Nasional kepada seluruh Generasi Emas Bangsa Indonesia!
"Ing Ngarso Sung Tuladha, Ing Madya Mangun Karsa, Tut Wuri Handayani"
(Ki Hajar Dewantara)
REFERENSI
Arriani, F., Agustiawati, A., Rizki, A., Widiyanti, R., Wibowo, S., Herawati, F., & Tulalessy, C. (2021). Panduan pelaksanaan pendidikan inklusif.
Akib, M. Q. Y., & Akib, M. Q. Y. (2021, December 23). Kampus Merdeka: Kebijakan yang Merombak Status Quo Pendidikan Indonesia. Ziliun. https://ziliun.com/kampus-merdeka/
Harususilo, Y. E. (2023, October 16). Bagaimana Kondisi Pendidikan Indonesia Saat Ini? KOMPAS.com. Retrieved April 26, 2024, from https://www.kompas.com/tren/read/2023/10/16/170000265/bagaimana-kondisi-pendidikan-indonesia- saat-ini-?page=all
Nurhakim, A. (2023, January 13). Pengertian Pendidikan Menurut Para Ahli dan Fungsi Pentingnya. Quipper Blog. Retrieved April 26, 2024, from https://www.quipper.com/id/blog/info-guru/pendidikan-menurut- para-ahli/
Nasution, F., Anggraini, L. Y., & Putri, K. (2022). Pengertian Pendidikan, Sistem Pendidikan Sekolah Luar Biasa, dan Jenis-Jenis Sekolah Luar Biasa. Jurnal Edukasi Nonformal, 3(2), 422-427.
Kurniawan, R. F. (2021, May 2). Sejarah Hari Pendidikan Nasional dan Ucapan Hardiknas. KOMPAS.com. Retrieved April 26, 2024, from https://www.kompas.com/tren/read/2021/05/02/110000065/sejarah- hari-pendidikan-nasional-dan-ucapan-hardiknas-2021?page=all
SAMFYKY Abd Rahman, B. P.
(2022). Pengertian Pendidikan, Ilmu Pendidikan Dan Unsur-unsur Pendidikan. Al Urwatul Wutsqa: Kajian Pendidikan Islam,
2(1).