Penulis: Nikita Zahra (Psikologi '23)
Hari Bumi, atau Earth Day, diperingati setiap tahun pada tanggal 22 April secara universal. Sejarah Hari Bumi tidak pernah terlepas dari gerakan lingkungan untuk meningkatkan kesadaran akan kelestarian Bumi. Pada awalnya, Hari Bumi didirikan dengan tujuan untuk meningkatkan rasa terima kasih dan kesadaran akan planet tempat kita hidup, Bumi. Pada tahun 1970, Gaylord Nelson, seorang senator AS yang mengajar ilmu lingkungan hidup, adalah orang pertama yang mencanangkan Hari Bumi Sendiri. (HARI BUMI SEDUNIA – Lingkar Studi Sains, t.t.). Sejujurnya, Hari Bumi dimulai dengan gerakan lingkungan modern karena masyarakat Amerika Serikat menghirup gas bertimbal dan memiliki banyak limbah. Hal ini menarik Rachel Carson untuk menulis "The Silent Spring" pada tahun 1962, yang berfokus pada masalah lingkungan. Judul "The Silent Spring" sendiri berasal dari ungkapan "burung tidak berkicau saat burung berkicau". Berangkat dari isu lingkungan ini kemudian terciptalah Hari Bumi, yang didasarkan dari Konferensi UN tentang Lingkungan Hidup yang berlangsung 5 Juni 1965 di Stockholm. (Jacobus Samidjo, 2017)
Hari Bumi adalah kesempatan bagi kita untuk mempertimbangkan tugas kita untuk melindungi Bumi. Namun, tidak dapat diabaikan bahwa pemanasan global adalah masalah terbesar yang dihadapi Bumi saat ini. Dengan meningkatnya suhu rata-rata, es mencair, tingkat laut naik, dan semakin seringnya cuaca ekstrem, fenomena ini mempengaruhi iklim secara global. Pemanasan global adalah pengingat kuat tentang bagaimana tindakan manusia, mulai dari deforestasi hingga pembakaran bahan bakar fosil, telah mengubah secara signifikan dinamika alam. Oleh karena itu, Hari Bumi bukan hanya tentang menghormati planet kita, tetapi juga tentang mengambil tindakan konkret untuk mengatasi pemanasan global dan menciptakan masa depan yang berkelanjutan bagi generasi mendatang untuk mengatasi ancaman tersebut yang akan dibahas dengan lebih dalam sebagai berikut.
A. Pengertian Pemanasan Global
Pemanasan global (global warming) ialah istilah yang menggambarkan peristiwa akan kenaikan suhu rerata di dalam darat, laut, dan atmosfer bumi secara signifikan. Diperkirakan, suhu bumi telah meningkat sebesar 0,6 derajat celcius sejak 100 tahun ini. Pemanasan global mulai terjadi sejak dimulainya Revolusi Industri (1750) yang kemudian mengalihkan peralatan-peralatan industrial menjadi lebih modern dan berdampak secara signifikan terhadap kondisi lingkungan. Hal yang paling signifikan ialah, terjadinya peningkatan pengeluaran karbondioksida dan gas-gas rumah kaca lain yang dikeluarkan oleh umat manusia, dan gas-gas ini menjadi salah satu faktor terjadinya pemanasan global dan terjadinya kerusakan lapisan ozon. Karbondioksida, uap air, dan metana yang berasal dari lapisan gas kemudian menahan sinar matahari untuk memantul kembali ke luar angkasa. Lapisan gas ini seperti ‘lapisan gelas’ yang biasanya berasal dari rumah kaca yang mana membiarkan matahari untuk masuk ke dalam lapisan, namun tidak sepenuhnya memantulkan kembali pancaran radiasinya dan menahan radiasi tersebut untuk tetap berada di dalam bumi. Hal ini, kemudian dapat disebut sebagai ‘Efek Rumah Kaca,” yang menjadi penyebab utama dari pemanasan global. Karbon dioksida (CO2), metana (CH4), uap air (H2O Vapour), nitro oksida (N2O, dan chlorofluorocarbons (CFCs) adalah unsur-unsur gas yang terdapat dalam lapisan gas “Efek Rumah Kaca”. Karbon Dioksida memiliki kontribusi sekitar 60% dari total pemanasan global, dan di sisi lain, metana, CFCs, dan N2O berkontribusi masing-masing sebesar 20%, 14%, dan 6%. Sekitar 49% dari efek rumah kaca berasal dari pembakaran bahan bakar yang berasal dari fosil, 13% dari aktivitas pertanian, 14% dari deforestasi dan 24% berasal dari proses pengolahan limbah industri.
Saat ini, pemanasan global telah menjadi masalah yang bersifat global karena terjadi di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia. Para petinggi negara anggota G20 setuju dan sepakat untuk mengurangi karbon demi mengurangi pemanasan global hingga 1,5 derajat Celcius. Pada KTT G20 2021 di Roma, Italia Pemerintah Indonesia telah berusaha untuk mengurangi emisi karbon dan menurunkan deforestasi hingga tingkat terendah selama dua puluh tahun. terakhir. Indonesia juga berupaya untuk merehabilitasi
3 juta hektare lahan kritis dan melakukan revegetasi dalam waktu 10 tahun dari tahun 2010 hingga 2020. Mereka juga menargetkan untuk kembali merehabilitasi hutan bakau hingga sebesar 600.000 hektar. Jokowi juga menyatakan komitmen Indonesia untuk mengembalikan hutan penting yang rusak akibat produksi kelapa sawit. Selain itu, tingkat kebakaran hutan di Indonesia juga telah menurun sebesar 82% dibandingkan tahun sebelumnya. Pemanasan Global perlu menjadi isu penting yang sangat diperhatikan, karena dampak pemanasan global dapat dirasakan oleh seluruh makhluk hidup yang ada di Bumi.
B. Penyebab Utama Pemanasan Global
Terdapat beberapa penyebab utama dari pemanasan global, antara lain :
1. Meningkatnya Gas yang menimbulkan Efek Rumah Kaca
Peningkatan efek gas rumah kaca secara signifikan menjadi penyebab utama dari pemanasan global. Menurut artikel yang dikutip dari BBC tanggal 10 Februari 2024, bahkan menurut data dari layanan pemantau iklim Uni Eropa, pemanasan global menembus batas 1,5 derajat Celcius setiap tahun untuk pertama kalinya dalam sejarah.Efek Rumah Kaca Efek rumah kaca yang menyebabkan kerusakan pada lapisan ozon. dengan meningkatnya gas-gas yang menyebabkan pemanasan global.
2. Penggunaan Listrik Berlebih
Produksi listrik mampu menyumbang sekitar 25% yang menyebabkan emisi karbon CO2 tinggi, dan menyebabkan peningkatan efek rumah kaca.
3. Pencemaran Akibat Industri Pabrik
Industri pabrik menyebabkan pencemaran udara yang tinggi, disebabkan dari emisi limbah yang dikeluarkan oleh pabrik.
4. Deforestasi
Eksploitasi hutan berlebih menyebabkan tidak terserapnya karbon dengan baik, dan menyebabkan penumpukan gas rumah kaca, membuat bumi semakin panas.
5. Penggunaan CFC berlebih
Semakin banyak penumpukan di udara, semakin rusak lapisan pula lapisan ozon dan menyebabkan terjadinya peningkatan suhu drastis yang terjadi di planet bumi.
6. Eksploitasi SDA
Eksploitasi SDA yang berlebihan kemudian menurunkan kualitas lingkungan, termasuk salah satunya ialah pemanfaatan lahan batubara yang berlebihan.
C. Dampak Pemanasan Global
Berikut adalah efek dan dampak dari pemanasan global:
1. Perubahan iklim dan peningkatan suhu Bumi di beberapa tempat, dengan
2. Mencairnya glasier menyebabkan permukaan air laut meningkat dan terendamnya wilayah pantai.
3. Peningkatan suhu akan menyebabkan kepunahan spesies yang lebih luas, merusak ekosistem dan makhluk hidup.
4. Hilangnya terumbu karang, meskipun banyak spesies lain bergantung pada terumbu karang untuk hidup.
5. Hasil panen terganggu karena cuaca dan hujan yang tidak menentu.
6. Lapisan ozon, yang merupakan atom oksigen yang ada di atmosfer, menipis. Meskipun demikian, dia bertanggung jawab untuk mengatur dan menyerap sinar ultraviolet yang masuk ke permukaan Bumi, memastikan suhu Bumi stabil, dan melindungi Bumi dari objek dari langit.
7. Potensi Virus dan Penyakit
8. Potensi bencana alam karena perubahan iklim secara signifikan.
D. Ketidaksetaraan dan Dampak Sosial
Terjadinya pemanasan global akan berdampak pada sosial pula. Hal ini dapat ditunjukkan dengan adanya kesenjangan akan bantuan masyarakat yang datang nantinya apabila terjadi bencana yang disebabkan oleh pemanasan global, mengingat medan yang ditempuh memiliki struktur yang berbeda-beda. Selain itu, petani, pelayan juga akan mendapatkan dampak berupa gagal panen dan kesulitan untuk mencari ikan karena suhu yang terlalu tinggi dan membuat panen dan air laut yang meningkat drastis, masyarakat pesisir pantai yang berisiko kehilangan rumahnya akibat kenaikan air laut, serta banyaknya pekerjaan yang hilang akibat pemanasan global yang akan memicu ketidaksetaraan ekonomi di antara masyarakat. Terdapat deforestasi secara signifikan pula yang terjadi kalimantan,
E. Analisis Dampak Pemanasan Global di Wilayah Tertentu
1. Pemanasan Global di Indonesia
Terdapat fakta bahwasanya hujan menjadi lebih lambat, lebih singkat, dan menunjukkan peningkatan sebesar 0,30 derajat celcius sejak 1990. Akibatnya, terdapat variasi musim dan cuaca ekstrim yang diprediksi dapat meningkatkan probabilitas kebakaran dan kerusakan hutan yang disebabkan oleh perubahan iklim; terutama di wilayah Sumatera dan Kalimantan. Selain itu, terdapat perubahan pada kadar penguapan air yang akan mempengaruhi kelembaban tanah pertanian di Indonesia sebesar 2% sampai dengan 8%. Kemudian, kenaikan permukaan air laut yang mengurangi lahan pertanian, serta terdapat risiko tenggelamnya kota-kota besar yang berada di dekat pantai seperti Jakarta dikarenakan peningkatan air laut ini. Karena kenaikan air laut, menangkap ikan akan menjadi sangat sulit bagi nelayan, dan kerusakan pesisir dan bencana berisiko mengurangi PDB negara dan penghasilan masyarakat secara signifikan. Sebaliknya, anggaran negara harus lebih besar untuk menangani memperluas bencana, mengawasi dampaknya terhadap kesejahteraan, dan memberikan kantor kepada para pengungsi. Ketika permukaan air laut naik, bisnis di tepi pantai juga mungkin terkena dampak finansial. Semua hal ini akan menambah beban rencana belanja perbaikan pemerintah dan provinsi. Indonesia harus segera melakukan tindakan nyata untuk mencegah dampak besar gas rumah kaca. Akibatnya, akan ada kekurangan air bersih di kota-kota, terutama di Jakarta. Keseluruhan dari beberapa dampak yang telah disebutkan akan menambah beban pada rencana belanja pembangunan publik dan teritorial. Indonesia harus segera menemukan cara-cara penting untuk mencegah dampak bahan perusak ozon, karena hal ini bisa saja terjadi dampak yang signifikan seperti :
- Di perkotaan, terutama di Jakarta, akan ada krisis air bersih yang layak digunakan. Orang-orang yang tinggal di tepi pesisir dan di kota juga beresiko tinggi terkena dampak naiknya permukaan laut akibat intrusi air laut;
- Peningkatan kasus penyakit yang disebabkan oleh nyamuk yang hidup dari genangan air seperti malaria dan demam berdarah;
- Menurunnya tingkat produktivitas dalam sektor pertanian dan perikanan karena perubahan suhu dan pola hujan yang tidak dapat diprediksi, dengan risiko tinggi terjadinya gagal panen yang disebabkan oleh pemanasan global;
- Banyak keanekaragaman hayati terancam untuk punah dan mati sebagai dampak dari peningkatan suhu bumi rata-rata. Semua orang harus dapat beradaptasi secara cepat dan bersifat kontinu pada perubahan yang terjadi, sementara habitat hewan-hewan akan hancur, dan bagi yang tidak mampu untuk beradaptasi akan terancam punah. Spesies yang tidak dapat beradaptasi akan punah karena es mencair di kutub. Selain itu, spesies kutub seperti pinguin, anjing laut, dan beruang kutub akan punah;
- Pada wilayah Kalimantan Timur, telah terjadi kerusakan yang berlangsung secara signifikan, dan terjadi eksploitasi SDA secara besar-besaran. Kalimantan Timur sendiri memiliki kekayaan yang melimpah ruah, namun dieksploitasi dengan berlebihan.
Salah satu eksploitasi yang terjadi ialah deforestasi secara masif, sebesar 44,709,9 hektar menurut data KLHK pada tahun 2020, yang kemudian menjadi pemicu utama terjadinya kebakaran hutan secara masif di wilayah Kalimantan Timur, dan menjadikan wilayah tersebut merupakan wilayah dengan rasio kebakaran hutan terbesar dalam jangka tahun 2016 sampai 2020.
2. Pemanasan Global di Seluruh Dunia
Telah terdapat pencairan es kutub yang menyebabkan beruang kutub, penguin, dan anjing laut kehilangan habitat mereka. Dan akhir-akhir ini, suhu pemanasan global yang ada di bumi mengalami peningkatan yang drastis, dan tentu saja hal ini sangat merugikan dan membahayakan.
F. Upaya Penanggulangan yang Dilakukan
1. Perubahan dalam penggunaan bahan bakar untuk memasak
- Pertama-tama, kita harus menggunakan LPG sebagai pengganti bahan bakar memasak tradisional seperti kayu, kotoran sapi, batu bara, minyak tanah dll.
- Jika LPG tidak tersedia, maka kita harus mencoba kotoran sapi sebagai pengganti minyak tanah dan kayu bakar. Karena kotoran sapi memiliki intensitas emisi yang rendah dibandingkan sumber bahan bakar memasak lainnya.
- Cobalah untuk menggunakan biogas terutama oleh mereka yang memiliki yang memiliki sumber kotoran sapi.
2. Perubahan pola penggunaan listrik
- Cobalah untuk mengganti lampu pijar dan lampu CFL dengan lampu LED yang jauh lebih hemat listrik.
- Usahakan untuk menggunakan peralatan listrik yang hemat energi (bintang lima).
- Jika memungkinkan, pasanglah panel surya untuk listrik di rumah.
- Matikan semua lampu dan kipas angin saat tidak digunakan.
3. Perubahan dalam kebiasaan konsumsi makanan
- Cobalah untuk memperbanyak makanan vegetarian yang lebih sedikit energi untuk memasak.
- Dalam hal makanan non-vegetarian, cobalah untuk menggunakan ikan dan telur sebagai pengganti ayam dan daging kambing;
- Cobalah untuk menggunakan gandum sebagai pengganti nasi karena proses pengolahannya melibatkan lebih banyak konsumsi energi;
- Cobalah untuk menghindari konsumsi daging merah dan menggantinya dengan ayam.
- Cobalah untuk memasak makanan bersama di antara anggota rumah tangga anggota rumah tangga karena akan membantu mengurangi konsumsi energi
4. Perubahan moda transportasi
- Cobalah untuk menggunakan layanan kereta api daripada bus.
- Cobalah untuk menggunakan sepeda sebagai pengganti sepeda motor untuk jarak pendek.
- Usahakan untuk menggunakan lebih banyak transportasi umum dibandingkan dengan mobil pribadi.
- Cobalah untuk menggunakan layanan kereta api untuk jarak jauh daripada penerbangan, jika memungkinkan.
5. Melakukan Upaya Revegetasi Area Tambang Bekas
- Upaya revegetasi area tambang bekas dapat digunakan sebagai salah satu bentuk upaya pencegahan pemanasan global.
G. Upaya Lainnya
- Usahakan untuk menghindari barang-barang industri.
- Hindari makanan kemasan atau makanan olahan.
- Usahakan untuk menampung air hujan dan menggunakannya di kamar mandi.
- Usahakan untuk menggunakan air limbah hasil ekstraksi dari sistem filter air.
- Usahakan menggunakan tanaman di atap rumah.
- Gunakan bahan yang ramah lingkungan atau mudah terurai sebagai pengganti plastik.
- Berhenti merokok atau setidaknya mengikuti tanda "Dilarang Merokok"
- Rayakan ulang tahun dan ritual dengan menanam pohon dan tidak bukan dengan menyalakan lilin.
"The Earth does not belong to us; we belong to the Earth"