Penulis: Irna Rindiani (Administrasi Bisnis '23)
World Food Day Hari Pangan Sedunia adalah peringatan tahunan yang diperingati setiap 16 Oktober di seluruh dunia termasuk Indonesia. Peringatan ini dibentuk di bawah Organisasi Pangan dan Pertanian PBB yaitu Food and Agriculture Organization (FAO). Hari pangan sedunia ini bermula dari konferensi FAO ke-20 pada November 1976 di Roma. Di mana saat itu, Konferensi tersebut memutuskan untuk dicetuskannya Resolusi Nomor 179 mengenai Hari Pangan Sedunia tersebut. Resolusi tersebut akhirnya disepakati oleh 150 negara anggota FAO dan salah satu nya adalah Indonesia. Dan menetapkan bahwa mulai tahun 1981 setiap negara anggota memperingati Hari Pangan Sedunia pada 16 Oktober. Dan alasan dari dipilihnya tanggal tersebut kerena bertepatan dengan tanggal berdirinya FAO. Kemudia sejak tahun 2014, peringatan ini telah digunakan untuk mempromosikan gagasan yaitu “memberi makan dan mengurangi kemiskinan di negara tertentu”. Dalam rangka mendukung peringatan Hari Pangan Sedunia, Indonesia berpartisipasi melakukan peringan HPS (Hari Pangan Sedunia) melalui Kementrian Pertanian sebagai penyelenggara. Beberapa kegiatan yang dilakukan Indonesia dalam memperingati HPS, antara lain:
- Memperkenalkan kemajuan teknologi pertanian, seperti pemanfaatan lahan rawa pertanian.
- Melaksanakan kegiatan seperti pekan Pertanian Lahan Rawa Nasional (PPRN).
- Meluncurkan Taman Sains Pertanian (TSP) Lahan Rawa.
- Melaksanakan Internasional Workshop on Tropocal Wetlands.
- Melaksanakan tur diplomatic untuk para duta besar sahabat.
Selain itu, beberapa hal yang dapat dilakukan untuk memperingati HPS adalah:
- Belajar pentingnya air bagi produksi pangan
- Berbagi informasi tentang krisis air dan ketahanan pangan
- Mendukung upaya untuk mengatasi krisi air
A. Pentingnya Ketahanan Pangan Untuk Negara
Pangan adalah kebutuhan dasar manusia yang paling penting. Pemenuhannya adalah bagian dari hak dasar yang dijamin oleh UUD 1945 untuk menciptakan sumber daya manuasi yang berkualitas. Negara wajib untuk memastikan apakah ketersediaan, keterjangkauan, dan juga pemenuhan konsumsi pangan cukup, aman, bermutu, dan bergizi seimbang. Namun, pemerintah jugas harus menghadapi beberapa tantangan dalam mewujudkan ktehangan pangan ini. Dari sisi permintaan pangan (terutama beras) baik itu dalam jumlah, mutu, keragaman, maupun keamanan pangan akibat dari bertambah nya penduduk. Dan di lain pihak pasokan pangan masih menemui tantangan. Beberapa di antaranya adalah konversi lahan pertanian yang masih tinggi, rendahnya akses terhadap sumber pembiayaan, teknologi, informasi, dan pasar, sebaran produksi pangan yang tidak merata baik itu antar daerah atau pun waktu, dan bahakan dampak negative dari perubahan iklim global juga menjadi hambatan suplai pangan. Skor ketahanan pangan Indonesia pada tahun 2022 berada pada level 60,2 bahkan lebih rendah dari rata-rata asia pasifik yakni 63,4. Maka tidak heran jika isu ketahanan pangan menjadi salah satu fokus pemerintah. Lalu seberapa penting ketahanan pangan bagi Indonesia? Pentingnya pangan menyangkut kesejahteraan hidup Masyarakat dan negara. Tanpa pangan, Masyarakat tidak bisa hidup dengan layak.
B. Fakta Mengenai Ketahanan Pangan
1. Pemenuhan Gizi Masyarakat
Fungsi utama ketahanan pangan di sebuah negara adalah untuk memenuhi gizi dan nutrisis Masyarakat. Pangan merupakan salah satu kebutuhan primer. Dengan adanya bahan makanan, Masyarakat dapat hidup dengan sehat dan beraktivitas untuk pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Sayangnya, seiring meningkatnya jumlah Masyarakat, bahan makanan turut berkurang. Maka dari itu usaha ketahanan pangan sebuah negara untuk menyediakan bahan makanan menjadi penting dilakukan.
2. Berdampak Pada Ketahanan Sebuah Negara
Ketersediaan pangan disuatu negara berpengaruh pada kekuatan suatu negara berpengaruh pada kekutan suatu negara. Oleh sebeb itu, ketahanan pangan berbanding sejajar dengan ketahanan suatu negara. Contohnya adalah, jika suatu negara tidak memiliki ketersediaan jumlah pangan yang cukup untuk Masyarakatnya. Maka bisa dipastikan negarab tersebut akan melakukan impor pangan sebagai Langkah yang dapat diambil.
3. Sebagai Komoditas Ekonomi
Peran penting pangan bagi negara juga bisa sebagai komoditas ekonomi yang dapat mendatangkan keuntungan. Contohnya saja pada masa dimana Indonesia memiliki katahanan pangan yang sangat kuat dan menjadi lumbung padi dunia. Tanaman pangan merupakan komoditas terbesar yang bisa dijual ke luar negeri dan menghasilkan pendapatan yang bisa dimanfaatkan oleh negara. Pahala juga memperkirakan hingga 2050 butuh tambahan 70% produksi pangan untuk mencakup kebutuhan penduduk. Mewujudkan ketahanan pangan penting karena jumlah populasi Indonesia dan dunia akan terus bertambah.
C. Dampak EL Nino Pada Ketahanan Pangan
Fenomena El Nino akan mencapai puncaknya pada Agustus hingga awal September 2023, dan diprediksi akan mempengaruhi ketahanan pangan Indoensia. El Nino diperkirakan akan berakhir pada akhir tahun 2023. Mengutip laman Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisik (BMKG), El Nino adalah fenomena pemanasan Suhu Muka Laut (SML) di atas kondisi normalnya yang terjadi di Samudera Pasifik bagian tengah. Pemanasan SML ini meningkatkan potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan mengurangi curah hujan di wilayah Indonesia. Singkatnya, El Nino memicu terjadinya kondisi kekeringan untuk wilayah Indonesia secara umum. El Nino mempengaruhi pola iklim di dunia setiap 3 hingga 4 tahun, ini juga merupakan salah satu penyebab musim kemarau Indonesia pada tahun 2023 menjadi lebih kering jika dibandingkan tiga tahun lalu.
BMKG melaporkan bahwa fenomena El Nino akan sangat berdampak pada sektor pertanian, utamanya tanaman pangan semusim yang sangat mengandalkan air. Rendahnya curah hujan akan mengakibatkan lahan pertanian mengalami kekeringan dan dikhawatrikan akan mengalami gagal panen, yang pada akhirnya, dapat meningkatkan potensi krisis pangan. BMKG mendorong pemerintah daerah, khususnya daerah yang terdampak serius El Nino seperti Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Riau, Bengkulu, Lampung. Seluruh Pulau Jawa, Bali, Nusa Tenggara Timur, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Selatan, Kalimantan Utara, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tengah, dan Sulawesi Tenggara untuk melakukan langkah mitigasi dan aksi siap siaga secepat mungkin.
D. Beberapa Negara yang Sempat Mengalami Krisis Pangan
1. China
Sejak pandemi Covid-19, Pemerintah China telah berupaya meningkatkan ketahanan pangannya. Di antaranya dengan menyusun Undang-Undang Ketahanan Pangan, meminimalisasi tingkat kebocoran panen, dan langkah-langkah mengurangi limbah makanan. Kampanye soal ketahanan pangan ini dipelopori langsung oleh Presiden Xi Jinping. Tujuannya untuk mencapai sistem ketahanan pangan nasional yang berkualitas tinggi, lebih efisien, dan lebih berkelanjutan. Persoalan pangan yang terjadi di China itu seyogianya menjadi pelajaran dan peringatan bagi negara lain, termasuk Indonesia. Bank Dunia sejak tahun lalu telah mengingatkan adanya risiko krisis pangan menyusul pandemi Covid-19. Kondisi ini bisa membalikkan pencapaian pembangunan selama bertahun-tahun. Bahkan, sebelum pandemi mengganggu rantai pasok dan mengurangi pendapatan, kelaparan kronis dan akut telah meningkat karena berbagai faktor. Termasuk di dalamnya adalah konflik, kondisi sosial ekonomi, perubahan iklim, dan gangguan hama. Bank Dunia pada pekan ketiga Oktober lalu menyebutkan, dampak Covid-19 telah menyebabkan peningkatan kerawanan pangan global yang parah dan meluas. Kondisi itu memengaruhi rumah tangga yang rentan di hampir setiap negara. Diingatkan bahwa dampaknya bisa saja akan berlanjut hingga 2022 dan mungkin seterusnya.
Indeks Harga Komoditas Pertanian stabil pada triwulan III-2021, tetapi tetap 25 persen lebih tinggi daripada tahun lalu. Pada September, harga jagung dan gandum lebih mahal. Masing-masing naik 34 persen dan 6 persen dari posisi Januari 2020. Adapun harga beras 11 persen di bawah tingkat sebelum pandemi. Harga-harga itu mencerminkan permintaan yang kuat bersama dengan ketidakpastian cuaca, kondisi makroekonomi, dan gangguan pasokan terkait Covid-19 meski prospek produksi global untuk biji-bijian utama tetap baik. Risiko utama terhadap ketahanan pangan berada di tingkat negara-negara. Hal itu, antara lain, berupa harga eceran yang lebih tinggi. Sementara pendapatan turun. Artinya, semakin banyak rumah tangga yang harus mengurangi kuantitas dan kualitas konsumsi makanan mereka. Banyak negara mengalami inflasi harga pangan yang tinggi di tingkat ritel.
Kondisi ini mencerminkan gangguan pasokan yang berkepanjangan akibat kebijakan menjaga jarak sosial pada pandemi Covid-19, devaluasi mata uang, dan faktor lain. Naiknya harga pangan memiliki dampak yang lebih besar pada penduduk di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah karena mereka membelanjakan bagian yang lebih besar dari pendapatan mereka untuk makanan ketimbang orang-orang di negara-negara berpenghasilan tinggi. Akan ada yang berbeda di meja makan restoran-restoran di China. Tidak akan ada lagi beragam jenis masakan yang tersaji pada satu meja, sebagaimana yang selama ini menjadi tradisi masyarakat China. Tradisi makan bersama-sama dengan beragam masakan yang sudah mengakar ini mau tak mau akan berubah seiring dengan kampanye Presiden Xi Jinping untuk menghemat dan mengurangi limbah sisa makanan.
2. Indonesia
Indonesia, sebagai negara besar dengan populasi 273,8 juta jiwa (2021) menghadapi tantangan serius dalam hal ketahanan pangan. Krisis pangan merupakan masalah yang mempengaruhi jutaan penduduk Indonesia sekaligus ketahanan negara Indonesia. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan bahwa tingkat ketimpangan ketahanan pangan di Indonesia meningkat dalam beberapa tahun terakhir. Pada tahun 2020, terdapat sebanyak 19,16 juta orang atau sekitar 7,38% dari total penduduk Indonesia yang mengalami krisis pangan. Angka ini lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu sebesar 9,8 juta orang atau sekitar 3,76% dari total penduduk pada tahun 2019.
Selain itu, data dari Food and Agriculture Organization (FAO) juga menunjukkan bahwa sekitar 35 juta penduduk Indonesia mengalami malnutrisi pada tahun 2020. Malnutrisi bisa terjadi baik dalam bentuk kekurangan gizi maupun kelebihan gizi yang tidak seimbang. Salah satu aspek utama yang terkait dengan krisis pangan di Indonesia adalah sektor pertanian. Pertanian memiliki peran yang penting dalam penyediaan pangan bagi penduduk. Namun, sektor pertanian di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, seperti minimnya teknologi pertanian yang modern, keterbatasan akses ke pasar, kendala dalam penggunaan lahan, serta perubahan iklim yang mempengaruhi hasil panen. Selain itu, rendahnya inovasi dan dukungan pembiayaan yang diberikan kepada sektor pertanian juga menjadi faktor penyebab krisis pangan. Tanpa adanya dukungan dua hal tersebut, petani sulit untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas hasil pertanian mereka. Krisis pangan juga memiliki dampak sosial dan ekonomi yang signifikan. Tingkat kemiskinan di Indonesia memiliki keterkaitan yang erat dengan masalah krisis pangan.
3. Kenya
Kenya menghadapi krisis pangan yang parah akibat kekeringan parah, gagal panen, perubahan iklim, harga pangan yang tinggi, dan inflasi. Negara ini mengalami kekeringan dalam 40 tahun terakhir yang mengakibatkan kerawanan pangan yang mengkhawatirkan karena dua pertiga penduduk Kenya hidup dalam kemiskinan. Akses terhadap makanan bergizi dalam jumlah yang memadai masih menjadi tantangan bagi banyak orang. Menurut Kenya Institute for Public Policy Research Analysis, 14,5 juta orang Kenya menghadapi kerawanan pangan dan gizi buruk setiap tahunnya. Tahun 2022, 3,5 juta orang Kenya dikatakan berada dalam krisis kerawanan pangan.
Tantangan utama yang terjadi pada krisis pangan adalah perubahan iklim dan kekeringan yang berkepanjangan. Kondisi ini mengakibatkan meningkatnya biaya dalam mengolah pertanian, kurangnya curah hujan membuat tanaman sulit tumbuh, dan menurunnya produksi hasil pertanian. Banyak orang bergantung pada pertanian sebagai mata pencaharian yang menyumbang 33% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Kenya dan sekitar 75% penduduk Kenya, pendapatan mereka bergantung pada pertanian. Mahalnya harga makanan pokok seperti beras, jagung, dan gandum, naik tajam karena ketersediaan yang berkurang. Hal ini membuat warga Kenya kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangannya.
Tantangan krisis pangan lainnya yaitu pertumbuhan populasi yang cepat di Kenya, berdasarkan Action Against Hunger Kenya memiliki penduduk sebanyak 45,5 juta penduduk dan yang berada pada kerawanan pangan sebanyak 3,5 juta. Jumlah tersebut menjadi tantangan besar dalam pemberantasan kelaparan dan kemiskinan dari akibat laju pertumbuhan penduduk yang tinggi dan tidak selaras dengan laju produksi pangan. Meningkatnya jumlah penduduk berarti lebih banyak tekanan terhadap lingkungan karena kebutuhan akan pangan, lahan, pangan, lahan, air bersih, dan sumber daya energi meningkat. Hal itu dapat menimbulkan konflik persaingan atas sumber daya yang bersaing untuk mengakses sumber daya yang tersedia, meningkatkan kerawanan pangan, kelaparan karena produktivitas lahan yang menurun. Salah satu contoh nyatanya, yaitu di Kenya Utara yang sering terjadi perang suku dan perampokan untuk menguasai padang rumput dan air di daerah ini. Hal ini disebabkan karena alam di daerah ini mendukung untuk memelihara ternak dan mendukung pertanian yang subur.
4. Somalia
Krisis Kelaparan merupakan sebuah bencana kemanusiaan serius yang terus melanda Somalia dalam beberapa tahun terakhir, mengancam jutaan nyawa. Kelaparan sering kali disebabkan oleh kombinasi keadaan seperti kekerasan, kekeringan, dan infrastruktur yang tidak memadai. Hal ini menyebabkan kekurangan pangan yang parah, kelaparan, dan peningkatan risiko penyakit, sehingga berdampak secara tidak proporsional pada kelompok rentan seperti anak-anak dan orang lanjut usia. Kelaparan di Somalia adalah masalah kemanusiaan serius yang mempunyai dampak luas terhadap masyarakat dan menuntut tanggapan internasional yang cepat. Situasi kelaparan di Somalia sangat buruk, dengan lebih dari separuh negara tersebut berjuang melawan kelaparan dan seperempat juta orang menghadapi kelaparan.
Kekeringan selama dua tahun telah memperburuk masalah ini, menyebabkan penurunan produksi pangan dan memusnahkan hewan. Kekeringan juga mengakibatkan tingginya tingkat kelaparan, penurunan produksi pangan yang signifikan, terjadinya kekurangan gizi, dan kematian dini. Kelaparan ini mempunyai dampak yang signifikan terhadap anak-anak Somalia, dengan lebih dari separuh populasi balita di negara tersebut berisiko mengalami kekurangan gizi akut akibat kekeringan yang berkepanjangan. Kelaparan akut menyebabkan pertumbuhan terhambat, gangguan sistem kekebalan tubuh, dan kerusakan otak yang tidak dapat diperbaiki. Dilema ini diperburuk oleh kenyataan bahwa banyak keluarga tidak mampu mengirim anak-anak mereka ke fasilitas perawatan karena mereka kesulitan mendapatkan makanan. PBB secara resmi telah menyatakan kelaparan di beberapa wilayah Somalia, dan lebih dari 11 juta orang sangat membutuhkan bantuan. Upaya bantuan global untuk krisis kelaparan di Somalia sedang berlangsung, dengan berbagai organisasi dan pemerintah memberikan bantuan dan dukungan kepada masyarakat yang terkena dampak.
5. Ethiopia
Sekitar satu juta warga Ethiopia membutuhkan bantuan pangan darurat, setelah ribuan belalang gurun merusak 200 ribu hektare lahan pertanian. Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) menyatakan, beberapa wilayah di Afrika Timur telah bersiap untuk diserbut hama belalang dengan jumlah yang lebih banyak. Di Ethiopia, kawanan belalang telah menyebabkan gagal panen dari sorgum, gandum, dan jagung. Dari satu juta warga yang membutuhkan bantuan pangan darurat, sekitar 75 persen tinggal di wilayah Somalia dan Oromia. Keadaan semakin diperburuk dengan pandemi virus corona tipe baru, atau Covid-19.
Menurut FAO, sekitar 8,5 juta orang di Ethiopia telah mengalami kerawanan pangan akut dan membutuhkan bantuan kemanusiaan. Negara-negara Afrika Timur lainnya seperti Kenya, Somalia, Sudan Selatan, Uganda, dan Tanzania juga sudah mengalami kerawanan pangan akut. Perwakilan FAO Ethiopia, Fatouma Seid mengatakan, para petani dan penggembala di negara-negara tersebut membutuhkan bantuan dalam bentuk transfer tunai. Miliaran belalang bermigrasi dari satu wilayah ke wilayah lainnya. Kawanan belalang tersebut telah menyerang lahan pertanian di Ethiopia, Somalia, Kenya, Djibouti, Eritrea, Tanzania, Sudan, Sudan Selatan, dan Uganda. Munculnya belalang tersebut didorong oleh musim hujan.Pekan lalu, FAO memperingatkan bahwa kawanan belalang dalam jumlah besar akan muncul di seluruh wilayah Afrika Timur. Hal itu dapat mengancam ketahanan pangan dan kehilangan mata pencaharian. Selain itu, pembatasan penerbangan untuk mencegah penyebaran Covid 19 telah menyebabkan keterlambatan pengiriman pestisida.
E. Cara Mengatasi Krisis Pangan
1. Mengatasi Perubahan Iklim
Perubahan iklim berdampak parah pada mata pencaharian dan produksi pangan kita. Jika kita melawan perubahan iklim dan beroperasi secara berkelanjutan, kita dapat memastikan cukup makanan untuk kita dan generasi mendatang. Ini adalah langkah lain dalam memerangi krisis pangan
2. Mempromosikan Keragaman Pangan
Berfokus pada satu tanaman pangan atau bahan pokok dapat menyebabkan hasil yang buruk dalam mengurangi krisis pangan. Oleh karena itu, pelatihan tentang pentingnya pola makan yang beragam dan sehat untuk perbaikan gizi perlu dilakukan dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan.
3. Tingkatkan Produksi
Tidak ada cara mudah untuk meningkatkan produksi pangan dalam negeri dalam jangka pendek, tetapi kita harus melakukan langkah-langkah untuk meningkatkan produksi pangan dalam negeri dalam jangka panjang.
4. Kurangi Pemborosan
Diperkirakan 20-30% dari semua makanan terbuang dari pertanian. Sayuran bisa rusak jika truk tidak datang cukup cepat, daging bisa rusak jika kulkas tidak cukup dingin, dan prasmanan juga bisa sangat boros. Oleh karena itu, kampanye pendidikan publik yang kuat untuk mengurangi limbah di rumah dan restoran diperlukan, dan mungkin larangan sementara makan prasmanan sampai situasi membaik
5. Memberi Penghargaan
Buat dampak negatif (atau biaya) produksi (misalnya hilangnya lahan) transparan sehingga semua biaya diperhitungkan, dan bukan untuk produksi secara keseluruhan, tetapi untuk penyerapan karbon tanah, meminimalkan input eksternal, mengurangi penggunaan energi. menjadi sangat membantu.
“Janganlah membuang-buang makanan karena tidak semua orang bisa merasakan nikmatnya makanan”
Referensi:
Food and Agriculture Organization. (n.d.). World Food Day. FAO. https://www.fao.org/world-food-day/en
Kumparan. (n.d.). Mengapa pangan sangat penting? Pahami faktanya di sini. Kumparan. https://m.kumparan.com/amp/techno-geek/mengapa-pangan-sangat-penting-pahami-faktanya-di-sini-1rmKbFa35L
The Conversation. (2024). Pentingnya menjaga ketahanan pangan dan kelestarian lingkungan. The Conversation. https://theconversation.com/pentingnya-menjaga-ketahanan-pangan-dan-kelestarian-lingkungan-234927
Universitas Gadjah Mada. (2023). Peringatan Hari Pangan Sedunia di Tengah Ancaman El Nino dan Ketersediaan Stok Beras. https://ugm.ac.id/id/berita/peringatan-hari-pangan-sedunia-di-tengah-ancaman-el-nino-dan-ketersediaan-stok-beras
Kompas. (2024). Krisis Pangan Indonesia di Tengah Melimpahnya Limbah Makanan. https://lestarikompas.com/read/2024/09/26/064049086/krisis-pangan-indonesia-di-tengah-melimpahnya-limbah-makanan