Penulis: Melda (Administrasi Bisnis‘22)
World Environment Day atau Hari Lingkungan Hidup (HLH) Sedunia diperingati setiap tanggal 5 Juni, dimulai sejak tahun 1972 ketika Majelis Umum PBB menetapkan 5 juni sebagai Hari Lingkungan Hidup Sedunia pada saat Konferensi Stockholm. Konferensi Stockholm dihadiri oleh perwakilan dari 113 negara dan menghasilkan beberapa dokumen penting, termasuk Deklarasi Stockholm tentang Lingkungan Manusia dan Rencana Aksi Stockholm. Deklarasi Stockholm berisi 26 prinsip yang menggaris bawahi hak manusia untuk hidup dalam lingkungan yang sehat dan tanggung jawab manusia untuk melindungi lingkungan. Rencana Aksi Stockholm berisi 109 rekomendasi untuk mengatasi berbagai masalah lingkungan, seperti pencemaran udara dan air, deforestasi, dan kepunahan spesies.
Hari Lingkungan Hidup diperingati demi meningkatkan kesadaran global akan kebutuhan untuk mengambil tindakan lingkungan yang positif bagi perlindungan alam dan planet Bumi. Namun, masih banyak kebiasaan atau habit kita sebagai makhluk hidup yang sebenarnya justru ‘menyakiti’ bumi kita. Setiap tahun, Hari Lingkungan Hidup Sedunia memiliki tema yang berbeda-beda untuk menyoroti isu-isu lingkungan yang sedang mendesak. Tema tersebut dipilih untuk memfokuskan perhatian global dan memicu tindakan konkret dalam menangani masalah lingkungan tertentu. Beberapa tema yang pernah diangkat antara lain perubahan iklim, keanekaragaman hayati, dan pengurangan sampah plastik.
Di Indonesia, Hari Lingkungan Hidup Sedunia juga diperingati dengan berbagai kegiatan dan acara yang melibatkan pemerintah, masyarakat, dan organisasi lingkungan. Kegiatan-kegiatan tersebut bertujuan untuk meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga kelestarian lingkungan. Selama peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia, dilakukan berbagai kegiatan seperti penanaman pohon, kampanye pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, serta sosialisasi tentang pentingnya menjaga kebersihan dan kelestarian lingkungan. Pemerintah juga ikut berpartisipasi dalam merayakan hari ini dengan mengadakan acara-acara resmi serta mengeluarkan kebijakan yang mendukung pelestarian lingkungan.
A. Ekonomi Sirkular Sebagai Bentuk Pembangunan Berkelanjutan
Selama ini kita hidup dengan model ekonomi linier, dengan kata lain kita memproduksi, mengkonsumsi, dan membuang. Masyarakat tempat kita hidup menunjukkan bahwa laju konsumsi semakin cepat, sebuah model yang cepat namun tidak berkelanjutan bagi planet ini. Konsep ekonomi linear juga hanya menitikberatkan kepada aktivitas manusia tanpa memperhatikan konsep lingkungan sebagai sumber daya yang harus dirawat dan dijaga terus menerus. Akibatnya, tidak ada pembaharuan yang terjadi di lingkungan itu sendiri. Selama lebih dari beberapa tahun ini, para ekonom dunia telah memperhitungkan lingkungan sebagai bagian yang perlu diperhatikan secara serius dalam pembangunan berkelanjutan. Pembangunan berkelanjutan dalam hal ini adalah penyediaan sumber daya yang terus menerus untuk generasi selanjutnya.
Salah satu model ekonomi yang ditawarkan kepada dunia adalah model ekonomi sirkular, dimana dalam model ini barang yang sudah dikonsumsi dapat diolah kembali (Reduce, Reuse, Recycle, Replace, Repair). Sampah tersebut diproduksi ulang sehingga mengurangi dampak limbah buangan yang berbahaya bagi lingkungan dan dapat digunakan kembali sebagai produk baru atau sebagai bahan baku produk lain. Ekonomi sirkular adalah suatu pendekatan dalam sistem ekonomi yang berfokus pada pemanfaatan sumber daya secara efisien, pengurangan limbah, dan pengembalian material ke dalam siklus produksi. Konsep ini bertujuan untuk mengatasi keterbatasan sumber daya alam, mengurangi dampak lingkungan, dan menciptakan keberlanjutan jangka panjang dalam aktivitas ekonomi.
Dalam ekonomi sirkular, sumber daya dianggap bernilai dan dijaga agar tetap berada dalam lingkaran ekonomi selama mungkin. Sirkular ekonomi menciptakan model produksi dan konsumsi yang lebih berkelanjutan di mana bahan mentah disimpan lebih lama dalam siklus produksi dan dapat digunakan berulang kali, sehingga menghasilkan lebih sedikit limbah. Sehingga limbah yang kita hasilkan dapat digunakan sebagai bahan mentah untuk industri lain. Konsep ekonomi sirkular berbeda diberbagai penerapannya. pendekatan ekonomi sirkular sendiri, titik beratnya adalah pada desain mikro, dimana limbah dapat dikelola dengan baik, sehingga limbah juga dapat bermanfaat pada siklus ekonomi dan juga memberikan nilai tambah bagi lingkungan dengan mengurangi dampak polusi.
B. Prinsip Utama Ekonomi Sirkular
1. Desain Produk Berkelanjutan
Produk dirancang dengan mempertimbangkan seluruh siklus hidup. Desain berkelanjutan mencakup pemilihan bahan mentah yang dapat didaur ulang, penggunaan bahan ramah lingkungan, umur produk yang lebih panjang, dan kemudahan daur ulang.
2. Penggunaan Sumber Daya yang Efisien
Tujuan dari ekonomi sirkular adalah untuk memaksimalkan penggunaan sumber daya dengan mengurangi limbah, meningkatkan efisiensi, dan menjaga nilai material dalam siklus ekonomi selama mungkin. Hal ini dapat dicapai melalui praktik seperti memperbaiki, memelihara, menggunakan kembali, dan berbagi produk.
3. Daur Ulang dan Pemulihan Material
Setelah produk mencapai akhir hayatnya, material yang digunakan dalam produk tersebut didaur ulang atau dipulihkan untuk digunakan kembali dalam siklus ekonomi. Proses daur ulang dapat melibatkan pemrosesan material menjadi bahan baku baru atau digunakan sebagai energi alternatif.
4. Kolaborasi dan Kterlibatan Pihak-Pihak Terkait
Implementasi ekonomi sirkular membutuhkan kolaborasi antara berbagai pihak seperti pemerintah, perusahaan, konsumen, dan lembaga lainnya. Ini termasuk koordinasi rantai pasokan, investasi dalam infrastruktur daur ulang, peningkatan kesadaran dan pendidikan konsumen, serta pengembangan kebijakan dan regulasi yang mendukung prinsip-prinsip ekonomi sirkular.
C. Implementasi Ekonomi Sirkular di Berbagai Negara
Ekonomi Sirkular telah menjadi fokus utama di banyak negara di seluruh dunia sebagai solusi untuk mengatasi krisis lingkungan dan ekonomi. Berikut beberapa contoh implementasi ES di berbagai negara:
1. Eropa:
Uni Eropa: Memiliki strategi ambisius untuk transisi menuju ekonomi sirkular, termasuk target daur ulang yang tinggi, pengurangan penggunaan plastik sekali pakai, dan pengembangan produk yang lebih ramah lingkungan.
Belanda: Terkenal dengan program daur ulang yang efisien dan inovatif, dengan tingkat daur ulang sampah rumah tangga mencapai 65%.
Denmark: Menjadi pelopor dalam pengelolaan limbah energi dan bioenergi, mengubah limbah menjadi sumber energi terbarukan.
2. Asia:
Jepang: Memiliki program "3R" (Reduce, Reuse, Recycle) yang sukses dan fokus pada pengurangan limbah dan daur ulang material.
Korea Selatan: Menerapkan sistem "deposit-refund" untuk botol plastik dan kaleng minuman untuk mendorong pengembalian dan daur ulang.
China: Berinvestasi besar dalam teknologi daur ulang dan infrastruktur untuk mengelola limbah elektronik yang terus meningkat.
3. Amerika Utara:
Amerika Serikat: Memiliki program daur ulang yang beragam di tingkat lokal dan regional, dengan fokus pada daur ulang plastik, kertas, dan logam.
Kanada: Menerapkan kebijakan "extended producer responsibility" (EPR) yang mewajibkan produsen untuk bertanggung jawab atas pengelolaan limbah produk mereka.
Meksiko: Berfokus pada pengembangan ekonomi sirkular di sektor tekstil dan elektronik dengan kerjasama antar stakeholder.
4. Indonesia
Indonesia telah mengadopsi konsep ES ke dalam Visi Indonesia 2045 dan mengintegrasikannya ke dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020–2024.
Beberapa contoh implementasi Ekonomi Sirkular di Indonesia:
Program daur ulang sampah: Dilakukan di berbagai daerah dengan fokus pada daur ulang plastik, kertas, dan logam.
Bank sampah: Didirikan di berbagai komunitas untuk mengumpulkan, memilah, dan mengolah sampah menjadi produk yang bernilai ekonomis.
Penggunaan energi terbarukan: Diupayakan melalui pengembangan energi surya, angin, dan bioenergi untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
Kebijakan pelarangan plastik sekali pakai: Diterapkan di beberapa daerah untuk mengurangi pencemaran sampah plastik.
D. Tantangan Penerapan Ekonomi Sirkular
1. Biaya Awal Tinggi
Transisi menuju ES membutuhkan investasi awal yang signifikan untuk mengubah sistem produksi dan konsumsi menjadi lebih berkelanjutan. Hal ini meliputi biaya untuk:
Penelitian dan pengembangan: Mengembangkan teknologi baru untuk daur ulang, pengolahan limbah, dan produksi ramah lingkungan.
Infrastruktur: Membangun fasilitas daur ulang, pengolahan limbah, dan sistem logistik yang mendukung ES.
Perubahan desain produk: Mendesain produk yang mudah dibongkar, diperbaiki, dan didaur ulang.
Pendidikan dan pelatihan: Meningkatkan kesadaran dan pengetahuan masyarakat tentang ES dan mendorong perubahan perilaku konsumen.
2. Kurangnya Infrastruktur yang Memadai
Banyak negara, termasuk Indonesia, masih belum memiliki infrastruktur yang memadai untuk mendukung ES. Hal ini meliputi:
Fasilitas daur ulang: Kurangnya fasilitas daur ulang yang memadai untuk berbagai jenis material, seperti plastik, elektronik, dan tekstil.
Sistem pengolahan limbah: Sistem pengolahan limbah yang tidak efisien dan tidak ramah lingkungan.
Jaringan logistik: Kurangnya infrastruktur logistik untuk pengumpulan dan pengangkutan material daur ulang.
3. Kurangnya Dukungan Kebijakan
Dukungan kebijakan yang kuat dari pemerintah sangat penting untuk mendorong penerapan ES. Hal ini meliputi:
Kebijakan insentif: Memberikan insentif bagi pelaku usaha yang menerapkan praktik ES, seperti subsidi pajak atau potongan pajak.
Peraturan yang ketat: Memberlakukan peraturan yang ketat tentang pengelolaan sampah, daur ulang, dan produksi ramah lingkungan.
Standarisasi produk: Menetapkan standar produk yang ramah lingkungan dan mudah didaur ulang.
Kerjasama antar-stakeholder: Mendorong kerjasama antar stakeholder, seperti pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat sipil, dalam penerapan ES.
1. Tantangan Teknis
Daur ulang material kompleks: Mendaur ulang material kompleks, seperti plastik campuran atau elektronik, membutuhkan teknologi yang canggih dan mahal.
Pengolahan limbah berbahaya: Pengolahan limbah berbahaya secara aman dan ramah lingkungan membutuhkan teknologi dan expertise khusus.
Desain produk yang berkelanjutan: Mendesain produk yang mudah dibongkar, diperbaiki, dan didaur ulang membutuhkan pengetahuan dan keahlian desain yang tinggi.
E. Masa Depan Ekonomi Sirkular
Ekonomi
Sirkular (ES) telah menjadi paradigma baru dalam pembangunan ekonomi global.
Berbeda dengan model ekonomi tradisional yang bersifat linier
(mengambil-menggunakan-membuang), ekonomi sirkular
bertujuan untuk memaksimalkan nilai tambah dari sumber daya yang ada selama
mungkin, sehingga dapat membantu mengatasi krisis lingkungan dan ekonomi yang
dihadapi dunia saat ini. Meskipun
masih menghadapi beberapa tantangan, ekonomi sirkular
menawarkan banyak peluang untuk membangun masa depan yang lebih hijau,
inklusif, dan sejahtera. Dengan kerjasama dan komitmen dari semua pihak, ekonomi
sirkular dapat menjadi solusi yang
efektif untuk mengatasi krisis lingkungan dan ekonomi, serta meningkatkan kualitas
hidup masyarakat di seluruh dunia. Dalam beberapa kajian dan skenario, penerapan prinsip
ekonomi sirkular di lima sektor prioritas diharapkan dapat meningkatkan PDB
hingga Rp638 triliun pada tahun 2030, menciptakan lapangan pekerjaan baru,
mengurangi emisi CO2 hingga 126 juta ton, dan menghemat penggunaan udara hingga
6,3 miliar meter kubik
Masa depan bumi ada di tangan kita, mari bersama-sama ciptakan lingkungan yang berkelanjutan
REFERENSI:
Azzahra, B. A., Wibowo, T. D. P., Triviera, P. B., Ahmad, J. M., & Sawitri, B. (2022).TPeringati Hari Lingkungan Hidup dengan Edukasi Trend Fast Fashion yang Menimbulkan Dampak Pada Kesehatan dan Lingkungan. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 7(12), 19506-19513.
Purwanti, I. (2021). Konsep Dan Implementasi Ekonomi Sirkular Dalam Program Bank Sampah Studi Kasus: Keberlanjutan Bank Sampah Tanjung. AmaNu: Jurnal Manajemen Dan Ekonomi, 4(1), 89-98.
Manik, Y. M. (2022). Ekonomi sirkular, pola berfikir dan pendidikan untuk keberlanjutan ekonomi. PROMOSI: Jurnal Program Studi Pendidikan Ekonomi, 10(1).
Dwi, A. (2023). Ekonomi Sirkular Beserta Prinsip Utamanya. FEB UMSU.
https://feb.umsu.ac.id/ekonomi-sirkular-beserta-prinsip-utamanya/
Oktaviani, T. (2024). Tanggal 5 Juni 2024 Memperingati Hari Apa?. Nasional Kompas.
https://nasional.kompas.com/read/2024/06/02/02000001/tanggal-5-juni-2024-memperingati-hari- apa-