Fenomena Fomo Pada Generasi Z: Penyebab, Dampak, Dan Solusi

Penulis: Meialbi Vikri Abargil (Ilmu Pemerintahan '22)

 

​FOMO, atau Fear of Missing Out, adalah perasaan khawatir bahwa kita sedang melewati pengalaman sosial, acara, atau kegiatan yang penting. Fenomena ini sering kali dipicu oleh penggunaan media sosial yang makin marak. Dengan adanya platform-platform seperti Instagram, TikTok, dan Facebook, individu dapat dengan mudah melihat apa yang dilakukan oleh orang lain dan merasa terdesak untuk ikut serta. Perasaan ini dapat menyebabkan seseorang merasa cemas, khawatir, dan hiperaktif dalam melacak aktivitas media sosial mereka. Misalnya, remaja cenderung merasa harus terus mengikuti perkembangan terbaru di media sosial dan terus memperbarui dan memeriksa akun sosial mereka agar tidak ketinggalan informasi.

​Budaya FOMO (Fear of Missing Out) semakin meningkat di kalangan Generasi Z, yang merupakan kelompok generasi yang lahir antara pertengahan 1990-an hingga awal 2010-an. Penyebab utama fenomena ini adalah intensitas penggunaan media sosial yang tinggi. Generasi Z tumbuh dalam era di mana akses ke berbagai platform media sosial seperti Instagram, TikTok, dan Facebook sangat mudah. Mereka terpapar dengan beragam konten yang menampilkan kehidupan teman-teman mereka dalam berbagai aktivitas seru dan menarik. Hal ini mendorong rasa ingin tahu dan keinginan untuk terlibat dalam setiap aspek kehidupan mereka. Ketika melihat teman-teman atau selebritas berbagi momen-momen berharga, mereka merasa perlu untuk ikut serta agar tidak dianggap tertinggal atau tidak relevan.

​Selain itu, budaya informasi yang cepat juga berkontribusi terhadap meningkatnya FOMO di kalangan Generasi Z. Dalam dunia digital saat ini, berita dan tren dapat berubah dengan sangat cepat, menciptakan tekanan bagi Gen Z untuk selalu up-to-date dengan informasi terbaru. Mereka merasa perlu untuk mengikuti perkembangan terkini agar tidak ketinggalan momen penting atau tren yang sedang populer. Tekanan sosial dari teman sebaya juga menjadi faktor signifikan; ketika teman-teman mereka membagikan pengalaman mengesankan di media sosial, ada dorongan kuat untuk ikut serta dalam hal yang sama atau bahkan melampaui itu. Dampak dari FOMO ini tidak hanya terbatas pada perilaku sosial, tetapi juga memengaruhi kesehatan mental Generasi Z. Banyak dari mereka mengalami stres dan kecemasan akibat tekanan untuk selalu terhubung dan tampil sempurna di media sosial. Kecenderungan untuk membandingkan diri dengan orang lain yang terlihat lebih bahagia atau sukses di platform digital dapat merusak harga diri dan citra tubuh mereka. Hal ini menciptakan siklus ketidakpuasan yang terus berlanjut, di mana mereka merasa harus terus berusaha untuk memenuhi ekspektasi sosial yang sering kali tidak realistis.

​Untuk mengatasi dampak negatif FOMO, penting bagi Generasi Z untuk mengembangkan kesadaran diri dan membangun keseimbangan antara dunia maya dan dunia nyata. Pendidikan literasi digital dapat membantu mereka memahami bahwa tidak semua yang ditampilkan di media sosial adalah representasi akurat dari kenyataan. Dengan cara ini, mereka dapat lebih kritis dalam mengonsumsi konten dan lebih menghargai hubungan sosial yang nyata daripada validasi semu dari media sosial. FOMO tidak hanya mempengaruhi perilaku individual tapi juga memiliki dampak signifikan pada kehidupan sosial. Orang yang mengalami FOMO cenderung lebih fokus pada kehidupan virtual daripada kehidupan nyata. Mereka sering merasa harus unggah segala hal yang berkaitan dengan kehidupan mereka di sosial media untuk tidak merasa tertinggal. Hal ini dapat menyebabkan seseorang menciptakan kehidupan virtual yang tidak sesuai dengan kepribadian dirinya sendiri. Misalnya, mengenai liburan, konser, tempat makan, bahkan mencakup hal-hal pribadi seperti pernikahan dan anak, yang tidak luput dieksploitasi untuk menjadi bahan postingan semata. Dengan demikian, FOMO dapat memicu kegelisahan, rasa cemas, dan khawatir ketinggalan dari orang lain, terutama dalam lingkungan akademis seperti universitas.

A. Penyebab Utama FOMO

Budaya FOMO (Fear of Missing Out) semakin meningkat karena kombinasi beberapa faktor yang kompleks. Salah satu penyebab utama adalah kemajuan teknologi yang cepat. Dengan adanya platform-platform seperti Instagram, Facebook, dan TikTok, individu dapat dengan mudah melihat apa yang dilakukan oleh orang lain dan merasa terdesak untuk ikut serta. Ketersediaan teknologi ini memungkinkan orang untuk selalu terhubung dan memantau aktivitas orang lain secara real-time, sehingga meningkatkan rasa takut ketinggalan. Dan ada beberpa penyebab utama FOMO lainnya seperti :

1.  Media Sosial: Platform seperti Instagram, Facebook, dan Twitter memberikan akses instan ke kehidupan orang lain. Pembaruan yang terus-menerus dapat menciptakan perasaan bahwa seseorang selalu ketinggalan informasi atau momen penting;

2.  Perbandingan Sosial: Kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain di media sosial dapat menimbulkan rasa tidak puas terhadap hidup sendiri. Melihat teman atau kenalan melakukan aktivitas menarik dapat memicu FOMO;

3.  Kesenjangan Sosial: Rasa ingin tahu tentang kehidupan orang lain seringkali membuat individu merasa kurang puas dengan hidup mereka sendiri. Ketidakpuasan ini bisa diperburuk oleh eksposur konstan terhadap kesuksesan orang lain;

4.  Ketergantungan pada Teknologi: Ketersediaan informasi melalui perangkat mobile membuat individu merasa perlu untuk selalu terhubung dan memeriksa pembaruan secara berkala, yang dapat meningkatkan kecemasan akan kehilangan informasi;

5.  Kurangnya Kepercayaan Diri: Individu dengan tingkat kepercayaan diri yang rendah mungkin lebih rentan terhadap FOMO, karena mereka merasa tidak aman dan khawatir kehilangan kesempatan yang dapat meningkatkan status sosial mereka;

6.  Kecanduan Media Sosial: Penggunaan media sosial yang berlebihan, seperti memeriksa ponsel setiap saat, dapat memperkuat perasaan FOMO. Ini menciptakan siklus di mana individu merasa harus terus mengikuti tren untuk merasa relevan;

7.  Kehilangan Kontrol: Ketidakpastian mengenai masa depan atau perasaan kehilangan kendali atas kehidupan sendiri bisa menjadi penyebab FOMO. Banyak orang berusaha terlibat dalam berbagai aktivitas untuk mendapatkan kembali rasa kontrol tersebut.

B. Perbandingan Sosial dan Peer Pressure

​Perbandingan sosial juga merupakan salah satu penyebab FOMO. Kebiasaan membandingkan diri dengan orang lain dapat memicu FOMO. Melihat kesuksesan atau pengalaman positif orang lain bisa membuat seseorang merasa tidak puas dengan hidupnya sendiri. Peer Presure Merujuk pada pengaruh yang diberikan oleh teman sebaya untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu, sering kali berhubungan dengan perilaku sosial, seperti merokok, minum alkohol, atau berpartisipasi dalam aktivitas tertentu. Selain itu, peer pressure dari lingkungan sosial tertentu juga dapat menciptakan ekspektasi atau tekanan untuk ikut serta dalam aktivitas tertentu. Takut untuk dianggap terlewatkan oleh teman-teman dalam satu grup dapat memicu FOMO. Dampak dari Peer Pressure sendiri dapat menyebabkan kecemasan sosial, depresi, dan penurunan harga diri akibat perasaan terasing atau tertinggal. Meskipun dapat memiliki dampak positif (misalnya, mendorong perilaku baik), tekanan negatif lebih umum dan dapat menyebabkan masalah perilaku atau kesehatan mental. Cara untuk menghadapi Peer Pressure adalah dengan Belajar untuk mengatakan "tidak" dengan tegas dan memahami alasan di balik keputusan tersebut dan juga, Membangun jaringan dukungan dari teman-teman yang memiliki nilai serupa untuk mengurangi tekanan negatif.

C. Tren Kultural dan Kegiatan Sosial

​Adanya tren atau kegiatan budaya yang sedang populer juga dapat menciptakan dorongan untuk ikut serta. Rasa takut kehilangan momen atau pengalaman yang dianggap sebagai bagian dari tren dapat memicu FOMO. Kegiatan sosial atau acara publis seperti pesta, konser, atau festival juga dapat menjadi sumber FOMO jika seseorang merasa tidak dapat berpartisipasi. Semua ini dapat memicu kecemasan dan khawatir ketinggalan dari orang lain. Ada beberapa Tren kultural dan Kegiatan sosial yang dipicu oleh FOMO seperti :

Tren Kultural yang Dipicu oleh FOMO

1) Konsumerisme: FOMO mendorong individu untuk terlibat dalam perilaku konsumtif, di mana mereka merasa perlu membeli produk atau mengikuti tren terbaru agar tidak ketinggalan. Ini terlihat dalam cara orang berbelanja untuk memenuhi ekspektasi sosial yang ditampilkan di media sosial

2) Globalisasi Budaya: FOMO mempercepat globalisasi budaya, di mana nilai-nilai dan tren dari budaya asing lebih sering diadopsi oleh masyarakat lokal. Misalnya, gaya hidup yang dipromosikan oleh influencer global sering kali lebih menarik bagi generasi muda dibandingkan dengan tradisi lokal, yang dapat mengikis identitas budaya asli

3) Budaya Populer: Fenomena ini juga menciptakan budaya populer baru, di mana istilah-istilah seperti FOMO, YOLO (You Only Live Once), dan FOPO (Fear of Other People's Opinions) menjadi bagian dari bahasa sehari-hari anak muda. Istilah-istilah ini mencerminkan cara berpikir dan perilaku yang dipengaruhi oleh tekanan sosial untuk selalu terlibat dalam aktivitas yang dianggap penting

4) Perubahan Gaya Hidup: Gaya hidup masyarakat semakin didominasi oleh aktivitas digital, seperti berbagi pengalaman melalui media sosial. Banyak orang lebih fokus pada bagaimana kehidupan mereka terlihat secara online daripada menikmati momen secara langsung.

Kegiatan Sosial yang Dipengaruhi oleh FOMO:

1) Partisipasi dalam Acara Sosial: Individu dengan FOMO cenderung merasa terpaksa untuk menghadiri berbagai acara sosial, meskipun mereka tidak memiliki minat yang kuat terhadapnya. Ini dapat menyebabkan kehadiran yang tidak tulus dan mengurangi kualitas interaksi interpersonal;

2) Penggunaan Media Sosial: Media sosial berfungsi sebagai pendorong utama FOMO, di mana individu terus-menerus memeriksa pembaruan untuk memastikan mereka tidak ketinggalan informasi atau tren terbaru. Hal ini menciptakan siklus kecanduan yang membuat orang merasa harus selalu terhubung;

3) Tekanan untuk Menyesuaikan Diri: FOMO menciptakan tekanan bagi individu untuk menyesuaikan diri dengan norma-norma sosial yang ditetapkan oleh kelompok sebaya atau komunitas online. Ini dapat berujung pada perilaku impulsif dan keputusan yang kurang bijaksana hanya untuk mendapatkan pengakuan atau penerimaan;

4) Kegiatan Berbasis Komunitas: Banyak kegiatan sosial kini dirancang untuk menarik perhatian di media sosial, seperti festival atau acara komunitas yang mengedepankan pengalaman visual dan berbagi secara online. Hal ini menunjukkan bagaimana FOMO tidak hanya mempengaruhi individu tetapi juga cara komunitas beroperasi dan berinteraksi satu sama lain.

Secara keseluruhan, FOMO telah menjadi kekuatan pendorong dalam membentuk tren kultural dan kegiatan sosial di era digital saat ini, dengan dampak yang luas pada cara orang berinteraksi dan membangun identitas mereka dalam masyarakat modern.

D. Dampak Negatif dan Solusi

FOMO dapat memiliki dampak negatif yang signifikan, termasuk stres, kecemasan, perasaan rendah diri, gangguan konsentrasi, isolasi sosial, ketidakpuasan hidup, gangguan tidur, kesulitan pengambilan keputusan, dan overcommitment. Untuk mengatasi FOMO, penting untuk mengembangkan kesadaran diri, membatasi eksposur media sosial, menghargai momen-momen kecil, dan fokus pada kebahagiaan dan kepuasan pribadi. Dengan demikian, individu dapat mengurangi gejala FOMO dan menjaga keseimbangan hidup digital-analog.

1.      Stres dan Kecemasan: FOMO dapat menyebabkan tingkat stres dan kecemasan yang tinggi, karena individu merasa tertekan untuk selalu mengikuti apa yang terjadi di sekitar mereka. Ketakutan akan kehilangan momen penting dapat mengganggu keseimbangan emosional dan kesehatan mental secara keseluruhan

2.      Menurunkan Rasa Percaya Diri: Sering membandingkan diri dengan orang lain di media sosial dapat mengurangi rasa percaya diri. Individu mungkin merasa kehidupannya tidak sebaik orang lain, yang berujung pada perasaan rendah diri

3.      Gangguan Tidur: Kecemasan yang disebabkan oleh FOMO dapat mengganggu pola tidur, menyebabkan insomnia dan masalah tidur lainnya. Pikiran yang terus-menerus terjebak dalam kekhawatiran akan ketinggalan dapat menghambat kemampuan seseorang untuk rileks

4.      Mengganggu Produktivitas: Ketergantungan pada media sosial dan keinginan untuk selalu terhubung dapat mengalihkan perhatian dari tugas penting, sehingga mengurangi produktivitas dalam pekerjaan atau studi

5.      Hubungan Sosial yang Dangkal: Meskipun terlibat dalam banyak aktivitas sosial, individu dengan FOMO sering kali memiliki hubungan yang dangkal. Fokus pada kuantitas interaksi daripada kualitas dapat menghambat perkembangan hubungan yang lebih mendalam

6.      Perasaan Tidak Puas: Meskipun terlibat dalam berbagai kegiatan, individu dengan FOMO sering merasa tidak puas dan terus mencari pengalaman baru, sehingga mereka tidak dapat menikmati momen saat ini

Solusi Mengatasi FOMO:

1.      Batasi Penggunaan Media Sosial: Mengurangi waktu yang dihabiskan di media sosial dapat membantu mengurangi perasaan FOMO. Menetapkan batasan waktu untuk penggunaan perangkat elektronik dapat membantu individu fokus pada aktivitas nyata di sekitar mereka

2.      Kembangkan Kesadaran Diri: Membangun kesadaran diri tentang perasaan dan kebutuhan pribadi sangat penting. Ini termasuk memahami kapan dan mengapa seseorang merasa FOMO, serta belajar untuk menghargai pengalaman pribadi tanpa membandingkan diri dengan orang lain

3.      Prioritaskan Kualitas daripada Kuantitas: Fokus pada membangun hubungan yang lebih dalam dengan teman-teman terdekat daripada mencoba menghadiri semua acara sosial. Ini dapat meningkatkan kepuasan dalam interaksi sosial dan membantu mengurangi tekanan untuk selalu terlibat

4.      Latihan Mindfulness: Teknik mindfulness seperti meditasi atau yoga dapat membantu individu belajar untuk hidup di saat ini dan menghargai pengalaman mereka sendiri tanpa merasa tertekan oleh apa yang orang lain lakukan

5.      Ciptakan Rutinitas Sehat: Mengatur rutinitas harian yang seimbang antara kerja, istirahat, dan aktivitas sosial dapat membantu menjaga kesehatan mental dan fisik. Memastikan waktu untuk bersantai dan tidur cukup juga penting untuk mengatasi dampak negatif FOMO.

Dengan mengenali dampak negatif dari FOMO dan menerapkan solusi yang tepat, individu dapat meningkatkan kesejahteraan mental mereka dan menikmati hidup dengan lebih baik tanpa tekanan dari lingkungan sosial atau media digital.

 

 

“Jangan biarkan ketakutan akan kehilangan membuatmu melewatkan kesempatan untuk hidup”


REFERENSI

Dila Asyari A. Dkk. ( Pengaruh Penggunaan Media Sosial Instagram Terhadap Perilaku Fear Of

Hasbi Fauzi M. ( Mengenali FOMO, YOLO, dan FOPO, Tren Gaul di Kalangan Anak Muda, 2024 ) Artikel dari detik.com

Katan Kayla. ( Fenomena FOMO pada Generasi Z, 2023) Kompasiana.Com

Manantika Widya. ( Budaya 'FOMO' Mempengaruhi perilaku Konsumsi Anak Muda, 2023) Kompasiana.com

Missing Out (FoMO), 2023) Applied Business and Administration Journal, Vol. 2 No. 2

Nanda Salsabila. ( Mengenal FOMO, Rasa Takut Ketinggalan Tren di Medsos, 2024) Artikel Brainacademy.id

Rhomadona S. (FoMO, dari Kecanduan Bermedia Sosial Hingga Munculnya JoMO, 2024) Umsida.ac.id

Zahra Dafiah. ( FoMO sebagai Tradisi Baru Generasi Milenial, 2024 ) artikel dari ganto.co

Sign in to leave a comment
Hari Pangan Sedunia: Pentingnya Ketahanan Pangan bagi Seluruh Dunia