Penulis: Nikita Zahra (Psikologi '23)
“Jangankan tugas, candi saja bisa selesai dalam semalam” - ucap salah seorang mahasiswa.
Metode belajar dengan sistem kebut semalam atau dalam bahasa elitnya yakni Bandung Bondowoso learning method, yang dari dulu hingga sekarang masih banyak yang menggunakan sistem ini dengan alasan bahwa belajar kebut semalam lebih efektif dibandingkan dengan belajar berhari-hari sebelumnya, namun itu semua tidak berlaku bagi setiap individu. Selain transisi dari tahap perkembangan, masa transisi individu juga terjadi dimasa sekolahnya. Masalah yang seringkali dialami oleh mahasiswa tahun pertama adalah pergeseran posisi atau yang disebut dengan top-dog phenomenon, yaitu pergeseran posisi sebagai siswa senior di Sekolah Menengah Atas (SMA) menjadi mahasiswa baru di Perguruan Tinggi (Santrock, 2007).
Bagi seorang mahasiswa yang mau tidak mau harus dituntut untuk mampu bertanggungjawab pada dirinya sendiri termasuk dalam proses belajar yang tentunya berbeda dengan pembelajaran di sekolah menengah. Ketika memasuki dunia kampus, mahasiswa fokus berperan sebagai subjek akademik yang dimana mahasiswa belajar secara independent maka sangat diperlukannya pola belajar yang efektif sehingga munculnya perilaku buruk seperti prokrastinasi, tidak betah atau nyaman belajar dalam jangka waktu yang panjang, menyontek, mengerjakan tugas asal jadi atau tidak maksimal dan yang lainnya ini bisa teratasi dengan baik.
Salah satu alasan mengapa sistem kebut semalam masih banyak digunakan adalah karena adanya anggapan bahwa belajar intensif dalam waktu singkat dapat menghasilkan hasil yang optimal. Namun, hal ini tidak selalu berlaku bagi semua orang karena konsep belajar dan kapasitas memori yang dimiliki berbeda. Konsep self-regulated learning menjadi relevan di sini, yang mengacu pada kemampuan seseorang untuk mengatur, mengelola, dan mengontrol proses belajarnya sendiri. Dalam konteks belajar semalam, self-regulated learning menjadi kunci untuk mencapai hasil yang lebih baik karena melibatkan proses meta-kognitif dan kognitif yang kompleks serta goal-directness yang termasuk dalam aspek-aspek self-regulated learning.
Individu yang yang mampu memberdayakan kemampuan SRL dengan baik akan mengungguli mereka yang tidak mampu menerapkannya (Hartini, 2018: 10). Di dalam SRL ini terdapat komponen yang mendukung untuk meningkatkan strategi pencapaian target seperti memperhatikan kondisi lingkungan belajar, bertahan ditengah kesulitan, menghindari distraksi, fleksibel dengan keadaan, serta mengelola pikiran. Proses memori yang terjadi dalam sistem kebut semalam saat seseorang belajar dengan intensitas tinggi dalam waktu yang singkat, informasi baru yang dipelajari harus disimpan dalam memori jangka pendek agar dapat dimunculkan kembali saat diperlukan yang dikenal dengan tahap retrieval, seperti saat ujian.
Namun, memori jangka pendek memiliki kapasitas terbatas dan rentan terhadap gangguan, sehingga tidak semua informasi akan tersimpan dengan baik yang dapat mengakibatkan informasi yang dipelajari secara cepat menjadi mudah terlupakan setelah waktu tertentu.
Jika informasi yang ada pada memori jangka pendek sangat berarti atau cenderung diulang maka kemungkinan besar informasi tersebut bisa masuk memori kerja maupun memori jangka panjang. Working Memory dapat menyimpan informasi dari beberapa menit hingga beberapa jam dan memberi waktu yang cukup untuk secara sadar memproses, melakukan refleksi, dan melaksanakan suatu kegiatan berpikir (Gunawan, A.W, 2003). Contoh pada kasus ini adalah belajar dengan cara kebut semalam. Bagaimana caranya agar tidak lupa setelah belajar? Kita bisa melatih pengingatan dengan cara sebagai berikut :
1. Bertanya pada diri sendiri
2. 5W 1H (What, When, Where, Why, Who dan How)
3. PQRST (Preview, Question, Read, Self-Recitation, Test)
4. Q3R (Question, Read, Recite, Review)
Dampak negatif dari sistem kebut semalam termasuk peningkatan tingkat stres dan kecemasan yang dapat memengaruhi kesejahteraan mental mahasiswa seperti risiko kelelahan fisik dan mental, kurangnya pemahaman mendalam atas materi yang dipelajari, serta meningkatnya tingkat stres dan kecemasan menjelang ujian. Selain itu, pemahaman yang dangkal atas materi dan kurangnya waktu untuk refleksi dan konsolidasi pembelajaran juga dapat mengurangi efektivitas belajar jangka panjang. Di sisi lain, dampak positifnya mungkin terlihat dalam kemampuan dari sebagian individu untuk menyelesaikan tugas dalam waktu yang singkat dan memberikan hasil yang memadai, meskipun ini tidak selalu menggambarkan pemahaman yang mendalam atas materi, namun tekanan waktu yang ketat dapat meningkatkan fokus dan produktivitas mereka. Selain itu, belajar secara intensif dalam waktu singkat dapat membantu memperkuat kemampuan konsentrasi dan pemecahan masalah secara cepat.
Untuk meningkatkan daya ingat dan mengatasi keterbatasan sistem kebut semalam, mahasiswa dapat mengadopsi strategi belajar yang lebih efektif dan berkelanjutan. Salah satunya adalah dengan mengatur jadwal belajar yang teratur dan terencana jauh sebelum waktu ujian tiba. Selain itu, menggunakan teknik-teknik seperti spaced repetition, elaborative rehearsal, dan visual imagery dapat membantu meningkatkan retensi informasi dalam memori jangka panjang. Mempraktikkan kebiasaan belajar secara konsisten dan menyeluruh juga membantu mengurangi kebutuhan akan sistem kebut semalam dengan merencanakan jadwal belajar yang teratur dapat membantu meningkatkan kemampuan memori jangka panjang serta mengurangi tingkat stres yang terkait dengan belajar dalam waktu singkat.
Referensi:
Hartini, S., Supriyanto, A., Alhadi, S., Saputra, W. N. E., Agungbudiprabowo, A., & Kurniawan, S. J. (2018). Self Regulated Learning (SRL) Ability: Knowledge and Learning Attitudes of Muhammadiyah Students. Psikopedagogia: Jurnal Bimbingan Dan Konseling, 7(1), 9–14. https://doi.org/10.12928/psikopedagogia.v7i1.19891
Harahap, F., & Gunawan, N. E. (2007). Psikologi Pendidikan.
Oktariani, O., Munir, A., & Aziz, A. (2020). Hubungan Self Efficacy dan Dukungan Sosial Teman Sebaya Dengan Self Regulated Learning Pada Mahasiswa Universitas Potensi Utama Medan. Tabularasa, 2(1), 26–33. https://doi.org/10.31289/tabularasa.v2i1.284
Putra, F. P. & Rahmawati, R. (2023). Meningkatkan prestasi belajar: Pentingnya Self
Regulation Learning. journal- nusantara.com. https://doi.org/10.56799/jim.v2i10.2229